Berbagai unsur tokoh masyarakat di Kota Pontianak, Kalimantan Barat menyatakan siap mencegah isu Suku, Agama, Ras/Etnik dan Antar-Golongan (SARA) yang bisa menyebabkan konflik di tengah masyarakat.
"Perbedaan SARA harusnya menjadi potensi, bukan menjadi perpecahan. Untuk itu, konflik karena SARA harus dihindari karena isu itu merugikan semua suku dan semua aspek," ujar Ketua PMP Kota Pontianak, Firdaus Zar'in, dalam diskusi yang diadakan Persatuan Merah Putih (PMP) bersama Polresta di Pontianak, Selasa.
Pihaknya berkomitmen untuk membantu Polresta dalam menangani berbagai konflik SARA maupun sosial lainnya yang dipicu perbedaan suku, agama, ras atau pribumi/penduduk asli - non pribumi, serta antar-golongan atau kaya-miskin, guna menciptakan situasi yang kondusif di Kota Pontianak.
"Secara teori konflik pasti akan berakhir, namun bagaimana cara mengakhiri konflik tersebut. Bahwa kita ada tugas tambahan untuk menyampaikan apa informasi dalam forum kali ini guna mengatasi dan mengantisipasi konflik SARA apabila terjadi,” jelas dia.
Sementara itu, Kapolresta Pontianak Kombes Pol Adhe Haryadi bersyukur selama menjabat di Kota Pontianak belum pernah terjadi hingga ke konflik SARA, kebanyakan banyak terjadi akibat miss komunikasi dan bisa cepat diselesaikan.
"Situasi yang seperti ini harus kita pertahankan agar Kota tempat tinggal kita aman dan kondusif,"jelas dia.
Menurutnya, masyarakat Kota Pontianak yang semakin maju dan pintar pada umumnya sudah paham dan tidak menginginkan konflik SARA. Sehingga, lanjutnya, perbedaan adalah keniscayaan untuk menyatukan seluruhnya.
“Kita diciptakan memang berbeda. Kenapa kita harus ribut oleh keberagaman. Kita tidak harus saling mencari perbedaan tapi carilah persamaan. Ada kerawanan nanti terkait SARA ini, akan terasa politik identitas semakin gencar. Ini juga harus kita antisipasi guna menjaga kerukunan kita,” papar dia.
Ia menyatakan, banyak hal lain yang dapat menimbulkan konflik SARA, namun apabila terjadi konflik SARA maka semua pihak akan sangat lelah/rugi, karena sangat lama dan sulit untuk menghilang luka akibat SARA.
“Karena yang menjadi korban, adalah kita juga. Jangan sampai hal tersebut kembali terjadi. Perang tidak membuat hal yang baik, hanya menimbulkan kerugian,” kata dia.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragam (FKUB) Kota Pontianak, Abdul Syukur menjelaskan apabila konflik SARA maka akan terjadi eskalasi pasti besar dan sulit dikendalikan, banyak kerugian yang ditimbulkan.
“Tugas kami membangun dan menjaga toleransi khususnya umat beragama. Kita harus berbangga sebagai masyarakat Kota Pontianak karena disebut sebagai miniatur Indonesia dengan keberagaman umat dan etnisnya,” papar dia.
Baca juga: Astra Motor Kalbar bersama Polresta Pontianak gelar kompetisi safety riding
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
"Perbedaan SARA harusnya menjadi potensi, bukan menjadi perpecahan. Untuk itu, konflik karena SARA harus dihindari karena isu itu merugikan semua suku dan semua aspek," ujar Ketua PMP Kota Pontianak, Firdaus Zar'in, dalam diskusi yang diadakan Persatuan Merah Putih (PMP) bersama Polresta di Pontianak, Selasa.
Pihaknya berkomitmen untuk membantu Polresta dalam menangani berbagai konflik SARA maupun sosial lainnya yang dipicu perbedaan suku, agama, ras atau pribumi/penduduk asli - non pribumi, serta antar-golongan atau kaya-miskin, guna menciptakan situasi yang kondusif di Kota Pontianak.
"Secara teori konflik pasti akan berakhir, namun bagaimana cara mengakhiri konflik tersebut. Bahwa kita ada tugas tambahan untuk menyampaikan apa informasi dalam forum kali ini guna mengatasi dan mengantisipasi konflik SARA apabila terjadi,” jelas dia.
Sementara itu, Kapolresta Pontianak Kombes Pol Adhe Haryadi bersyukur selama menjabat di Kota Pontianak belum pernah terjadi hingga ke konflik SARA, kebanyakan banyak terjadi akibat miss komunikasi dan bisa cepat diselesaikan.
"Situasi yang seperti ini harus kita pertahankan agar Kota tempat tinggal kita aman dan kondusif,"jelas dia.
Menurutnya, masyarakat Kota Pontianak yang semakin maju dan pintar pada umumnya sudah paham dan tidak menginginkan konflik SARA. Sehingga, lanjutnya, perbedaan adalah keniscayaan untuk menyatukan seluruhnya.
“Kita diciptakan memang berbeda. Kenapa kita harus ribut oleh keberagaman. Kita tidak harus saling mencari perbedaan tapi carilah persamaan. Ada kerawanan nanti terkait SARA ini, akan terasa politik identitas semakin gencar. Ini juga harus kita antisipasi guna menjaga kerukunan kita,” papar dia.
Ia menyatakan, banyak hal lain yang dapat menimbulkan konflik SARA, namun apabila terjadi konflik SARA maka semua pihak akan sangat lelah/rugi, karena sangat lama dan sulit untuk menghilang luka akibat SARA.
“Karena yang menjadi korban, adalah kita juga. Jangan sampai hal tersebut kembali terjadi. Perang tidak membuat hal yang baik, hanya menimbulkan kerugian,” kata dia.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragam (FKUB) Kota Pontianak, Abdul Syukur menjelaskan apabila konflik SARA maka akan terjadi eskalasi pasti besar dan sulit dikendalikan, banyak kerugian yang ditimbulkan.
“Tugas kami membangun dan menjaga toleransi khususnya umat beragama. Kita harus berbangga sebagai masyarakat Kota Pontianak karena disebut sebagai miniatur Indonesia dengan keberagaman umat dan etnisnya,” papar dia.
Baca juga: Astra Motor Kalbar bersama Polresta Pontianak gelar kompetisi safety riding
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023