Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Syarif Mohamad Alkadrie (SSMA) Kota Pontianak menggelar pelatihan bagi tenaga kesehatan (nakes) yakni dokter umum, perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD), dan perawat rawat inap, guna mengantisipasi lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).

"Indikasi meningkatnya kasus demam berdarah sudah dirasakan dalam tiga hingga empat bulan terakhir. Angka yang biasanya hanya 20-30 persen dari total pasien yang dirawat, saat ini didominasi oleh pasien DBD," ujar Dokter Spesialis Anak RSUD SSMA dr Rista Lestari di Pontianak, Kalimantan Barat, Jumat. 

Diakuinya dari 26 tempat tidur yang dimiliki, hampir 80 persen diisi pasien demam berdarah. "Jadi angkanya memang tinggi," ujarnya. 

Meskipun demikian, lanjutnya, pasien DBD ditangani sesuai dengan standar World Health Organization (WHO), terutama berkaitan tata laksana penanganan DBD.

Tata laksana DBD terbagi menjadi tiga kelompok. Pertama, pasien tanpa tanda bahaya. Terhadap pasien ini, kata dia, hanya diberikan edukasi rawat jalan. Kedua. pasien tanda bahaya atau yang memang berasal dari populasi dengan risiko tinggi. 

"Ketiga, kelompok pasien yang memerlukan tata laksana intensif dan serius, biasanya sudah demam berdarah dengan manifestasi berat," jelasnya.

Sementara itu Direktur Unit Pelaksana Teknis (UPT) RSUD SSMA dr Eva Nurfarihah,menyatakan di Pontianak memang sedang ada kenaikan kasus DBD baik pada anak-anak maupun orang dewasa. 

"RSUD SSMA sendiri sudah menambah kapasitas bed untuk anak-anak menjadi 26 bed dan ada bed khusus untuk observasi shock DSS," sebutnya.

Ia mengatakan penyebab dari DBD adalah jentik nyamuk. Oleh karenanya, sebagai upaya mencegah penyakit DBD adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan.

"Nyamuk ini berkembang biak di air yang menggenang, jadi jangan sampai ada air yang menggenang, intinya kita harus menjaga kebersihan," katanya.

Pewarta: Dedi

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023