Warga Muhammadiyah membawa tiga dimensi cinta ke Malaysia, salah satunya hasrat yang menghidupkan semangat selama di Negeri Jiran, kata Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Sukadiono.
"Bapak dan ibu membuktikan, meski di Malaysia, tetapi kan cinta Muhammadiyah. Maka dimensi semangat itu ditunjukkan dengan mengembangkan perserikatan Muhammadiyah dan Aisyiyah di Malaysia," kata Sukadiono pada tablig akbar seperti disebutkan dalam keterangan tertulisnya di Kuala Lumpur.
Pada acara yang juga mengukuhkan pengurus baru Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRIM) dan Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRIA) Klang Lama itu, Sukadiono menyebutkan dimensi hasrat itu membuat warga Muhammadiyah di Malaysia bersemangat melakukan apa saja yang dicintainya.
Ia memperkirakan hal sama terjadi pada warga Nahdlatul Ulama di Malaysia sampai mengembangkan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) di Malaysia.
Dimensi kedua adalah kedekatan atau intimacy yang meski berada jauh di Malaysia tetapi tetap dekat dengan Muhammadiyah di Indonesia, kata dia. Dimensi ini pula yang membuat Sukadiono merasa perlu datang ke Malaysia.
Bagi dia, mengamalkan amar makruf nahi mungkar di mana pun adalah keharusan, yang dibuktikan dengan berdirinya PCIM dan PCIA di berbagai negara.
Sukadiono kemudian menyebutkan dimensi cinta ketiga, yakni komitmen, yang disebutnya muncul karena sudah jatuh cinta dan terasa dekat.
Dalam tablig akbar itu, Ketua PCIM Malaysia Muhammad Ali Imran mengungkapkan ada 10 PRIM dan 5 PRIA di Malaysia yang kebanyakan berada di kawasan Lembah Klang dan Selangor.
Mayoritas pendiri ranting adalah dari Lamongan, Gresik, Tuban, dan Bojonegoro. "Jadi wajar jika ada cara besar di sini mereka tidak puas kalau tidak mengundang pimpinan dari Jawa Timur," kata Muhammad.
Acara itu juga dihadiri Koordinator Fungsi Pensosbud Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Yossy Iskandar.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
"Bapak dan ibu membuktikan, meski di Malaysia, tetapi kan cinta Muhammadiyah. Maka dimensi semangat itu ditunjukkan dengan mengembangkan perserikatan Muhammadiyah dan Aisyiyah di Malaysia," kata Sukadiono pada tablig akbar seperti disebutkan dalam keterangan tertulisnya di Kuala Lumpur.
Pada acara yang juga mengukuhkan pengurus baru Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRIM) dan Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRIA) Klang Lama itu, Sukadiono menyebutkan dimensi hasrat itu membuat warga Muhammadiyah di Malaysia bersemangat melakukan apa saja yang dicintainya.
Ia memperkirakan hal sama terjadi pada warga Nahdlatul Ulama di Malaysia sampai mengembangkan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) di Malaysia.
Dimensi kedua adalah kedekatan atau intimacy yang meski berada jauh di Malaysia tetapi tetap dekat dengan Muhammadiyah di Indonesia, kata dia. Dimensi ini pula yang membuat Sukadiono merasa perlu datang ke Malaysia.
Bagi dia, mengamalkan amar makruf nahi mungkar di mana pun adalah keharusan, yang dibuktikan dengan berdirinya PCIM dan PCIA di berbagai negara.
Sukadiono kemudian menyebutkan dimensi cinta ketiga, yakni komitmen, yang disebutnya muncul karena sudah jatuh cinta dan terasa dekat.
Dalam tablig akbar itu, Ketua PCIM Malaysia Muhammad Ali Imran mengungkapkan ada 10 PRIM dan 5 PRIA di Malaysia yang kebanyakan berada di kawasan Lembah Klang dan Selangor.
Mayoritas pendiri ranting adalah dari Lamongan, Gresik, Tuban, dan Bojonegoro. "Jadi wajar jika ada cara besar di sini mereka tidak puas kalau tidak mengundang pimpinan dari Jawa Timur," kata Muhammad.
Acara itu juga dihadiri Koordinator Fungsi Pensosbud Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Yossy Iskandar.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023