Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong sejumlah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia untuk membuka program studi (prodi) arkeologi.

"PTN dengan prodi arkeologi saat ini baru ada enam. Kita ingin mendorong mereka untuk membantu membuka jurusan arkeologi di kampus lain, khususnya PTN-BH (Berbadan Hukum)," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam acara Peringatan 20 Tahun Penemuan Homo Floresiensis yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Laksana mengatakan BRIN optimistis dalam mendorong sejumlah PTN untuk membuka prodi arkeologi yang kerap dikonotasikan sebagai prodi sepi peminat.

BRIN, kata dia, telah menyiapkan wadah untuk para lulusan prodi arkeologi dengan membuka sejumlah situs penelitian baru seperti Situs Daerah Aliran Sungai (DAS) Lematang di Bumiayu, Jawa Tengah, serta Situs Bongal di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

"Jadi mereka gak perlu bingung, tinggal ikut saja. Cost nya memang tinggi untuk bikin ekskavasi, kami sudah ada, mereka tinggal nimbrung," ujarnya.

Laksana menambahkan pihaknya memiliki suatu mekanisme khusus kepada para arkeolog dan kampus untuk dapat bekerja dan melakukan riset dengan dukungan peralatan dan anggaran yang berkesinambungan.

Baca juga: Perlu sanksi tegas untuk cegah pesta seks

Melihat berbagai upaya yang akan dilakukan BRIN dalam mendorong PTN untuk membuka prodi arkeologi, dia menilai prodi tersebut dapat menjadi primadona pada masa depan.

Dia menjelaskan para lulusan prodi arkeologi nantinya akan dilebur dalam berbagai proyek ekskavasi, bersama dengan sekitar 150 arkeolog yang lebih senior.

"Direncanakan dua tim, nanti kalau membesar, mahasiswanya juga sudah pintar, maka tim inti bisa dipecah lagi. Bikin kawasan baru di Makassar misalnya, atau di tempat lain," ungkapnya.

Upaya ini, kata Laksana, penting dilakukan untuk melestarikan arkeolog Indonesia, sekaligus dapat menjadi sebuah warisan dari generasi arkeolog yang terdahulu.

"Tanpa kalian (arkeolog), kita gak bisa ngapa-ngapain. Kita gak bisa biarkan arkeolog habis setelah kalian pensiun. Oleh karena itu kita dorong pembukaan prodi arkeologi, kalau perlu di semua PTN-BH," tutur Laksana Tri Handoko.

Untuk diketahui, keenam PTN yang memiliki prodi arkeologi adalah Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Universitas Udayana Bali, Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Universitas Indonesia, Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, serta Universitas Jambi.

 Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura menginginkan perguruan tinggi yang ada di daerah itu maju dan perkembangan dalam segala sektor pendidikan guna meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Papua.

Wakil Rektor I Universitas Cenderawasih Onesimus Sahuleka di Jayapura, Kamis, mengatakan Papua ingin sejajar dengan saudara-saudaranya di Indonesia bagian barat.

“Kami juga ingin duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan universitas-universitas yang ada di luar, sehingga dapat mengejar ketertinggalan dalam segala sektor ilmu pengetahuan,” katanya.

Menurut Onesimus, kemampuan SDM itu ada, tetapi harus diberikan kesempatan seluas-luasnya kepada perguruan tinggi di Papua, baik dari kerja sama lintas sektor kementerian maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

“Asalkan (pemerintah pusat) berikan kesempatan kepada kita, dan pasti perguruan tinggi di sini akan menangkap peluang itu sebaik mungkin, sehingga kesetaraan dengan berbagai perguruan tinggi di Tanah Air akan diperoleh,” ujarnya.

Onesimus menegaskan Papua adalah bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sehingga jangan dilupakan, tetapi berilah peluang dan kesempatan itu seluas-luasnya.Baca juga: Perguruan tinggi di Papua ingin maju dan berkembang




 

Pewarta: Sean Muhamad

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023