Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyebutkan, hingga 7 November 2023, terdapat 29 kasus positif aktif cacar monyet di Ibu Kota.

Kepala Seksi (Kasi) Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi di Dinas Keseharan (Dinkes) DKI Jakarta Ngabila Salama dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu, ada tambahan satu kasus cacar monyet terbaru pada 7 November. 

"Selama November 2023, terdapat total enam kasus cacar monyet baru," katanya.

Kemudian, untuk satu kasus di Agustus 2022 sudah sembuh sehingga sejauh ini, total kasus positif aktif cacar monyet sebanyak 30.

Adapun para penderita, ujarnya, yaitu laki-laki berumur 25-50 tahun, semuanya menunjukkan gejala ringan.

Baca juga: Pemprov DKI Jakarta gencarkan vaksin cacar monyet

Selain itu, proporsi orang positif cacat monyet dari keseluruhan orang yang menjalani tes "polymerase chain reaction" (PCR) para pasien tersebut mencapai 25 persen.

"Semua tertular dari kontak seksual," katanya.

Ngabila mengatakan, seluruh penderita cacar monyet yang berdomisili di DKI Jakarta kini tengah diisolasi di rumah sakit.

Dia juga menjelaskan bahwa terdapat tujuh orang suspek atau terduga bergejala penyakit tersebut.

Sementara itu, lanjutnya, sebanyak 92 orang menunjukkan hasil negatif dalam tes PCR-nya.

Baca juga: Cacar monyet bisa menular melalui percikan ludah

Dia juga menuturkan bahwa capaian target vaksinasi cacar monyet mencapai 100 persen.

"Total penerima vaksinasi 495 orang dari target 495 orang," katanya. 

Sebelumnya, Ngabila pada 6 November tahun ini mengatakan bahwa pihaknya akan terus memantau perkembangan kasus cacar monyet (monkeypox) di Jakarta dan Indonesia sampai 24 November 2023.

Pemantauan tersebut dilakukan berdasarkan prediksi inkubasi virus cacar monyet, yakni dua kali masa inkubasi terpanjang atau enam minggu dari 13 Oktober 2023 kasus transmisi lokal pertama ditemukan di Indonesia.

Selain itu, Ngabila menyebutkan, pemantauan kasus penyakit cacar monyet akan dilakukan di tempat-tempat ramai dengan mobilitas dan aktivitas yang tinggi.

Baca juga: Mayoritas kasus cacar monyet sudah terjangkit HIV

Dinkes DKI Jakarta juga memastikan seluruh fasilitas kesehatan, mulai dari puskesmas hingga rumah sakit umum daerah (RSUD), siap menangani pasien kasus cacar monyet.

"Semuanya sudah siap untuk menangani kasus cacar monyet dan gratis," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati.

Selain itu, ujarnya, pihaknya gencar melakukan penelusuran kontak guna memutus rantai penularan kasus cacar monyet, serta mengawasi kelompok yang berisiko tertular.

 


Pakar dermatologi dr Hanny Nilasari, Sp.D.V.E., Subsp. Ven.,FINSDV, FAADV mengingatkan mereka yang mengalami kelainan kulit namun diduga bukan alergi atau inflamasi biasa seperti dermatitis, harus dicurigai itu cacar monyet atau Mpox.

"Rasanya yang menjadi penting, kalau sudah kelainan kulit yang diduga bukan alergi, juga suatu kelainan seperti inflamasi biasa, bukan dermatitis, kita harus curiga ini infeksi Mpox," kata dia dalam webinar, Selasa.

Hanny mengatakan secara teori masa inkubasi virus penyebab cacar monyet yakni Monkeypox (MPXV) bisa berlangsung antara 6 -21 hari, dengan gambaran manifestasi klinis pasien yakni gejala kelainan kulit diikuti demam pada tiga hari berikutnya.

Kelainan kulit ini berupa lesi kulit atau ruam yang bisa berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar, lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras atau keropeng. Ruam cenderung terkonsentrasi pada wajah, telapak tangan dan telapak kaki.

Lesi ini bisa juga berada ditemukan di area genital, rongga mulut termasuk tonsil atau bagian dalam mulut. Oleh karena itu, saat pasien terkonfirmasi positif Mpox melakukan komunikasi sangat dekat dengan waktu yang relatif sangat lama dengan orang lain, maka droplet bisa menularkan. Oleh karena itu, pasien masih dianjurkan menggunakan masker. Baca berita selengkapnya: Kelainan kulit bukan diduga alergi harus curiga Mpox
 

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023