Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyarankan penerapan metode kanguru untuk menangani bayi yang lahir prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah.

"Bayi prematur kan kecil, mudah mengalami hipotermia, suhu tubuh mudah turun, maka harus dimasukkan ke dalam inkubator untuk menjaga kehangatannya. Tapi, ada juga yang direkomendasikan oleh WHO yakni metode kanguru, yang lebih baik daripada inkubator," kata Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu Anak Kemenkes Lovely Daisy dalam gelar wicara terkait prematuritas dan BBLR yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.

Daisy mengemukakan bahwa penerapan metode kanguru terinspirasi dari cara induk kanguru menghangatkan bayi dengan memasukkan bayi ke dalam kantong pada tubuhnya.

"Jadi, bayi diletakkan di dada ibu agar bayinya tenang. Kalau bayi tenang maka energinya tidak banyak terbuang dan menyusui lebih gampang. Otomatis nutrisi dapat, bayi tenang, terhindar dari infeksi, dan tumbuh kembangnya menjadi baik," ia menjelaskan.

Selain dapat menghangatkan bayi, ia mengatakan, kontak langsung antara ibu dan anak selama penerapan metode kanguru membantu membangun ikatan ibu dan bayi.

Menurut dia, metode kanguru juga mudah dilakukan dan murah. 

Baca juga: Ciri-ciri fisik bayi lahir prematur

"Jadi, bisa langsung bawa pulang (bayinya) asal stabil, dan tidak perlu inkubator untuk merawat bayinya," kata dia.

Ia mengatakan, pemerintah mengupayakan pelaksanaan sosialisasi dan pelatihan bagi tenaga kesehatan mengenai penerapan metode kanguru dalam penanganan bayi prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah.

Daisy menjelaskan pula bahwa orang tua harus memperhatikan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan tumbuh kembang bayi prematur maupun bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

"Tumbuh kembangnya harus dipantau rutin baik di rumah, puskesmas, posyandu, atau rumah sakit," katanya.

Ia mengatakan bahwa Kemenkes telah menyiapkan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) khusus untuk bayi kecil.

"Khusus bayi kecil kami sediakan KIA bayi kecil, yang isinya lengkap informasi seputar bayi prematur dan BBLR," katanya.

Baca juga: Mengenal faktor risiko sebabkan kelahiran bayi prematur

   


Larangan merokok di tempat umum membantu menurunkan kelahiran bayi prematur hingga 10 persen, demikian hasil riset dari Amerika Serikat dan Eropa.

Sebuah riset yang dimuat dalam jurnal kedokteran The Lancet menyebutkan pengaruh aturan larangan merokok berbeda di masing-masing negara. Namun secara keseluruhan, efeknya positif pada kesehatan anak di seluruh dunia.

"Riset kami menunjukkan bahwa larangan merokok merupakan cara yang efektif untuk menjaga kesehatan anak-anak kita," kata peneliti Pusat Ilmu Kesehatan Masyarakat Edinburg, Jasper Been yang memimpin riset tersebut.

Ia mengatakan, temuan itu akan membantu mempercepat penetapan undang-undang larangan merokok di kota-kota, negara-negara dan daerah-daerah lain yang belum memberlakukan larangan itu.

Undang-undang yang melarang merokok di tempat umum seperti bar, restoran, perkantoran, dan tempat-tempat kerja lain dalam riset sebelumnya sudah terbukti menjaga kelompok dewasa dari ancaman kesehatan yang berkaitan dengan perokok pasif.

Berdasar Organisasi Kesehatan DUnia (WHO), tembakau membunuh sekitar 6 juta orang per tahun di seluruh dunia, termasuk lebih dari 600 ribu bukan perokok yang mati akibat paparan asap rokok. Baca juga: Larangan Merokok Turunkan Kelahiran Prematur dan Asma


 

Pewarta: Sean Muhamad

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023