Qatar pada Rabu menyampaikan harapannya agar kesepakatan jeda kemanusiaan di Jalur Gaza dapat mengantarkan pihak-pihak terkait pada perundingan yang serius bagi perdamaian.
Dia juga berterima kasih kepada para mitra, terutama Amerika Serikat dan Mesir yang telah berkontribusi dalam mencapai kesepakatan jeda kemanusiaan di Gaza.
"Kami berharap ini akan menghasilkan perjanjian yang komprehensif dan berkelanjutan yang akan mengakhiri perang dan pertumpahan darah,” kata Perdana Menteri Qatar Mohammed Abdulrahman dalam sebuah pernyataan pada media sosial X.
Abdulrahman mengatakan Doha berharap jeda ini akan menjadi titik awal perundingan serius untuk mencapai perdamaian yang komprehensif dan adil, yang sesuai dengan resolusi legitimasi internasional.
Israel dan Hamas pada Rabu pagi waktu setempat mengumumkan kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera.
Berdasarkan perjanjian yang dimediasi Qatar itu, 50 warga Israel yang ditahan Hamas akan dibebaskan dan ditukar dengan pembebasan 150 tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel, media Israel melaporkan.
Kesepakatan itu juga mencakup jeda pertempuran selama empat hari dan masuknya 300 truk berisi bantuan kemanusiaan, termasuk bahan bakar, ke Jalur Gaza.
Perjanjian tersebut juga memungkinkan jeda diperpanjang dan pembebasan lebih banyak anak dan perempuan yang ditawan oleh kedua belah pihak.
Israel memperkirakan sedikitnya 239 warga Israel ditahan oleh Hamas setelah serangan lintas batas pada 7 Oktober.
Israel melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza, yang menewaskan lebih dari 14.128 warga Palestina, termasuk 5.840 anak-anak dan 3.920 perempuan, menurut otoritas kesehatan di wilayah kantong tersebut.
Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, masjid, dan gereja, rusak atau hancur akibat serangan udara dan darat Israel terhadap wilayah kantong yang terkepung tersebut.
Sementara itu, korban jiwa di pihak Israel mencapai sekitar 1.200 orang, menurut angka resmi.
Sumber: Anadolu
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
Dia juga berterima kasih kepada para mitra, terutama Amerika Serikat dan Mesir yang telah berkontribusi dalam mencapai kesepakatan jeda kemanusiaan di Gaza.
"Kami berharap ini akan menghasilkan perjanjian yang komprehensif dan berkelanjutan yang akan mengakhiri perang dan pertumpahan darah,” kata Perdana Menteri Qatar Mohammed Abdulrahman dalam sebuah pernyataan pada media sosial X.
Abdulrahman mengatakan Doha berharap jeda ini akan menjadi titik awal perundingan serius untuk mencapai perdamaian yang komprehensif dan adil, yang sesuai dengan resolusi legitimasi internasional.
Israel dan Hamas pada Rabu pagi waktu setempat mengumumkan kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera.
Berdasarkan perjanjian yang dimediasi Qatar itu, 50 warga Israel yang ditahan Hamas akan dibebaskan dan ditukar dengan pembebasan 150 tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel, media Israel melaporkan.
Kesepakatan itu juga mencakup jeda pertempuran selama empat hari dan masuknya 300 truk berisi bantuan kemanusiaan, termasuk bahan bakar, ke Jalur Gaza.
Perjanjian tersebut juga memungkinkan jeda diperpanjang dan pembebasan lebih banyak anak dan perempuan yang ditawan oleh kedua belah pihak.
Israel memperkirakan sedikitnya 239 warga Israel ditahan oleh Hamas setelah serangan lintas batas pada 7 Oktober.
Israel melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza, yang menewaskan lebih dari 14.128 warga Palestina, termasuk 5.840 anak-anak dan 3.920 perempuan, menurut otoritas kesehatan di wilayah kantong tersebut.
Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, masjid, dan gereja, rusak atau hancur akibat serangan udara dan darat Israel terhadap wilayah kantong yang terkepung tersebut.
Sementara itu, korban jiwa di pihak Israel mencapai sekitar 1.200 orang, menurut angka resmi.
Sumber: Anadolu
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023