Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengimbau masyarakat untuk tidak mudah mempercayai sejumlah berita hoaks terkait Wolbachia yang banyak beredar di dunia maya.
"Kemenkes sudah melakukan ini (program nyamuk ber-Wolbachia) dan masuk ke dalam strategi nasional berdasarkan kajian, rekomendasi WHO dan juga benchmark negara lainnya," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu dalam taklimat media tentang Wolbachia yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
Maxi menilai di era yang terbuka ini, kemungkinan adanya hoaks terkait berbagai hal termasuk kesehatan sangat mudah ditemukan. Untuk itu, Kemenkes terus melakukan upaya dalam memberikan informasi yang baik, tidak hanya dari Kemenkes, namun juga sejumlah pakar dan peneliti.
"Termasuk dukungan dari tokoh seperti Dahlan Iskan yang menulis hal baik soal ini (Wolbachia). Kita ingin setiap orang paham tentang manfaat dari teknologi ini," ujarnya.
Baca juga: Pembiakan nyamuk wolbachia di Jakarta Barat masuk tahap finalisasi
Terkait adanya pro dan kontra soal Wolbachia di Bali, dia menyebutkan hal itu diakibatkan oleh sosialisasi yang belum terlaksana dengan baik, sehingga belum seluruh masyarakat disana terinformasi dengan baik.
"Tentu perlu dilakukan sosialisasi secara terus menerus," ucapnya.
Maxi menyatakan penerapan strategi penanggulangan demam berdarah dengue (DBD) dengan bakteri Wolbachia merupakan salah satu bagian dari upaya pemerintah yang diwujudkan dalam Strategi Nasional (Stranas) Penanggulangan Dengue 2021-2025.
Hal tersebut, kata dia, menjadi penting untuk dilakukan mengingat kasus DBD selalu terjadi setiap tahunnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi menyebutkan terdapat 76.449 kasus dengue dengan 571 kematian sejak Januari hingga November 2023 ini, turun dari 143.300 dengan 1236 kematian pada 2022 lalu.
"Sebetulnya, kita sudah bisa menurunkan lebih dari separuh kasus tahun lalu, tetapi angka kematian ini masih cukup tinggi. Sehingga kita perlu membuat atau melakukan inovasi dalam rangka mencegah dan mengendalikan dengue," tutur Imran.
Baca juga: Peneliti UGM: Tidak ada kaitan radang otak dengan Wolbachia
Baca juga: Bentol gigitan nyamuk ber-Wolbachia sama dengan nyamuk biasa
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
"Kemenkes sudah melakukan ini (program nyamuk ber-Wolbachia) dan masuk ke dalam strategi nasional berdasarkan kajian, rekomendasi WHO dan juga benchmark negara lainnya," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu dalam taklimat media tentang Wolbachia yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
Maxi menilai di era yang terbuka ini, kemungkinan adanya hoaks terkait berbagai hal termasuk kesehatan sangat mudah ditemukan. Untuk itu, Kemenkes terus melakukan upaya dalam memberikan informasi yang baik, tidak hanya dari Kemenkes, namun juga sejumlah pakar dan peneliti.
"Termasuk dukungan dari tokoh seperti Dahlan Iskan yang menulis hal baik soal ini (Wolbachia). Kita ingin setiap orang paham tentang manfaat dari teknologi ini," ujarnya.
Baca juga: Pembiakan nyamuk wolbachia di Jakarta Barat masuk tahap finalisasi
Terkait adanya pro dan kontra soal Wolbachia di Bali, dia menyebutkan hal itu diakibatkan oleh sosialisasi yang belum terlaksana dengan baik, sehingga belum seluruh masyarakat disana terinformasi dengan baik.
"Tentu perlu dilakukan sosialisasi secara terus menerus," ucapnya.
Maxi menyatakan penerapan strategi penanggulangan demam berdarah dengue (DBD) dengan bakteri Wolbachia merupakan salah satu bagian dari upaya pemerintah yang diwujudkan dalam Strategi Nasional (Stranas) Penanggulangan Dengue 2021-2025.
Hal tersebut, kata dia, menjadi penting untuk dilakukan mengingat kasus DBD selalu terjadi setiap tahunnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi menyebutkan terdapat 76.449 kasus dengue dengan 571 kematian sejak Januari hingga November 2023 ini, turun dari 143.300 dengan 1236 kematian pada 2022 lalu.
"Sebetulnya, kita sudah bisa menurunkan lebih dari separuh kasus tahun lalu, tetapi angka kematian ini masih cukup tinggi. Sehingga kita perlu membuat atau melakukan inovasi dalam rangka mencegah dan mengendalikan dengue," tutur Imran.
Baca juga: Peneliti UGM: Tidak ada kaitan radang otak dengan Wolbachia
Baca juga: Bentol gigitan nyamuk ber-Wolbachia sama dengan nyamuk biasa
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023