Staf Khusus Menteri Kesehatan RI Prof Laksono Trisnantoro menyampaikan bahwa dokter memegang peranan penting dalam upaya pengembangan fitofarmaka di Indonesia.
"Peran dokter dalam meresepkan obat fitofarmaka berbasis kebutuhan medik pasien sangat penting," katanya dalam acara Forum Hilirisasi Fitofarmaka yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.
Laksono mengatakan bahwa peresepan penggunaan fitofarmaka oleh dokter akan berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan pasien pada manfaat sediaan obat berbahan alami.
Oleh karena itu, dia mengatakan, diperlukan strategi agresif untuk melibatkan langsung para dokter dalam upaya pengembangan fitofarmaka supaya mereka mantap meresepkan penggunaan fitofarmaka untuk pengobatan pasien.
"Sekali lagi, kalau dokter mantap, tentu pasien juga akan mantap, dan sebagian mau membayar lebih besar karena percaya pada obat berbahan baku alam. Apalagi untuk yang long term (jangka panjang) ya, seperti diabetes, hipertensi, dan sebagainya," ia menjelaskan.
Menurut dia, upaya untuk meningkatkan keterlibatan dokter dalam pengembangan fitofarmaka bisa dimulai dari fakultas kedokteran, antara lain dengan meningkatkan pembelajaran mengenai fitofarmaka.
Laksono mengemukakan perlunya peningkatan kapasitas dosen dan kualitas modul pengajaran yang berkenaan dengan fitofarmaka di fakultas-fakultas kedokteran.
Di samping itu, ia melanjutkan, industri farmasi mesti didorong untuk memproduksi fitofarmaka berkualitas yang dapat diresepkan oleh dokter untuk pengobatan pasien.
Ia juga mengemukakan pentingnya pengenalan secara terperinci fitofarmaka kepada para dokter serta penelitian klinis pasca-pemasaran untuk memantau efektivitas dan keamanan penggunaan fitofarmaka.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
"Peran dokter dalam meresepkan obat fitofarmaka berbasis kebutuhan medik pasien sangat penting," katanya dalam acara Forum Hilirisasi Fitofarmaka yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.
Laksono mengatakan bahwa peresepan penggunaan fitofarmaka oleh dokter akan berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan pasien pada manfaat sediaan obat berbahan alami.
Oleh karena itu, dia mengatakan, diperlukan strategi agresif untuk melibatkan langsung para dokter dalam upaya pengembangan fitofarmaka supaya mereka mantap meresepkan penggunaan fitofarmaka untuk pengobatan pasien.
"Sekali lagi, kalau dokter mantap, tentu pasien juga akan mantap, dan sebagian mau membayar lebih besar karena percaya pada obat berbahan baku alam. Apalagi untuk yang long term (jangka panjang) ya, seperti diabetes, hipertensi, dan sebagainya," ia menjelaskan.
Menurut dia, upaya untuk meningkatkan keterlibatan dokter dalam pengembangan fitofarmaka bisa dimulai dari fakultas kedokteran, antara lain dengan meningkatkan pembelajaran mengenai fitofarmaka.
Laksono mengemukakan perlunya peningkatan kapasitas dosen dan kualitas modul pengajaran yang berkenaan dengan fitofarmaka di fakultas-fakultas kedokteran.
Di samping itu, ia melanjutkan, industri farmasi mesti didorong untuk memproduksi fitofarmaka berkualitas yang dapat diresepkan oleh dokter untuk pengobatan pasien.
Ia juga mengemukakan pentingnya pengenalan secara terperinci fitofarmaka kepada para dokter serta penelitian klinis pasca-pemasaran untuk memantau efektivitas dan keamanan penggunaan fitofarmaka.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023