Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin mengatakan Program Rumah Penanganan Stunting Lintas Sektor Bagi Baduta atau Rumah Pelita di Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah, menjadi salah satu strategi intervensi yang efektif menekan stunting.
"Saya tertarik dengan gizi. Di sini ada day care anak-anak yang diasuh, jumlah peserta naiknya 60 persen. Kalau model ini berhasil akan kami kembangkan hal seperti itu, nanti kami tularkan ke daerah lain," kata Wapres Ma'ruf Amin di sela kunjungannya ke Rumah Pelita, Kamis.
Angka stunting di Indonesia konsisten menurun sejak 2013 yang berada pada 37,2 persen. Kemudian kembali menurun pada 2016, 2018, 2019, 2021, hingga pada tahun 2022 berhasil menyentuh angka 21,6 persen sebagai capaian terendah dalam satu dekade terakhir.
Wapres Ma’ruf Amin selaku Ketua Pengarah Tim Percepatan Penurunan Stunting (TP2S) optimistis target penurunan prevalensi stunting dari 21,6 persen pada 2022 menjadi 14 persen pada 2024 bisa dicapai melalui berbagai inovasi yang melibatkan kolaborasi pemerintah dan masyarakat.
Baca juga: Lewat daycare Rumah Pelita, negara hadir atasi stunting pada anak
Untuk mencapai target tersebut, lanjutnya, pemerintah harus mengupayakan penurunan angka stunting sebesar 3,8 persen setiap tahun.
"Kalau stunting sudah 21 persen itu pada tahun 2022. Sekarang ini sudah kurang lagi. Penurunan kasus stunting hingga 14 persen bisa dicapai karena ada yang seperti di sini," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Wali kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan Rumah Pelita layaknya layanan pengasuhan anak atau day care yang menyasar baduta stunting karena kendala pola asuh orang tua sehingga fokusnya pada anak dengan status ibu pekerja.
Baca juga: BKKBN: Rumah Pelita solusi wujudkan Semarang nol stunting
Sejak diluncurkan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga, Selasa (21/2), pengguna program tersebut telah meningkat sebesar 60 persen.
“Rumah Pelita ini bentuk penanganan dari hulu hingga hilir. Kami merekrut dari Dinas Kesehatan ada pengasuhnya, ada juru masaknya, ada pendampingan ahli gizi, sehingga jadi satu paket yang komplet," katanya.
Sejumlah layanan yang tersedia di Rumah Pelita mulai layanan ahli gizi, pemberian makan sesuai anjuran ahli gizi, pemeriksaan sanitasi, fisioterapis, hingga konseling dan edukasi psikolog.
”Di situ semua ada mulai pola asuh, penanganan gizi, dan sanitasi, sehingga diharapkan anak-anak itu dua bulan lulus dari stunting,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
"Saya tertarik dengan gizi. Di sini ada day care anak-anak yang diasuh, jumlah peserta naiknya 60 persen. Kalau model ini berhasil akan kami kembangkan hal seperti itu, nanti kami tularkan ke daerah lain," kata Wapres Ma'ruf Amin di sela kunjungannya ke Rumah Pelita, Kamis.
Angka stunting di Indonesia konsisten menurun sejak 2013 yang berada pada 37,2 persen. Kemudian kembali menurun pada 2016, 2018, 2019, 2021, hingga pada tahun 2022 berhasil menyentuh angka 21,6 persen sebagai capaian terendah dalam satu dekade terakhir.
Wapres Ma’ruf Amin selaku Ketua Pengarah Tim Percepatan Penurunan Stunting (TP2S) optimistis target penurunan prevalensi stunting dari 21,6 persen pada 2022 menjadi 14 persen pada 2024 bisa dicapai melalui berbagai inovasi yang melibatkan kolaborasi pemerintah dan masyarakat.
Baca juga: Lewat daycare Rumah Pelita, negara hadir atasi stunting pada anak
Untuk mencapai target tersebut, lanjutnya, pemerintah harus mengupayakan penurunan angka stunting sebesar 3,8 persen setiap tahun.
"Kalau stunting sudah 21 persen itu pada tahun 2022. Sekarang ini sudah kurang lagi. Penurunan kasus stunting hingga 14 persen bisa dicapai karena ada yang seperti di sini," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Wali kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan Rumah Pelita layaknya layanan pengasuhan anak atau day care yang menyasar baduta stunting karena kendala pola asuh orang tua sehingga fokusnya pada anak dengan status ibu pekerja.
Baca juga: BKKBN: Rumah Pelita solusi wujudkan Semarang nol stunting
Sejak diluncurkan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga, Selasa (21/2), pengguna program tersebut telah meningkat sebesar 60 persen.
“Rumah Pelita ini bentuk penanganan dari hulu hingga hilir. Kami merekrut dari Dinas Kesehatan ada pengasuhnya, ada juru masaknya, ada pendampingan ahli gizi, sehingga jadi satu paket yang komplet," katanya.
Sejumlah layanan yang tersedia di Rumah Pelita mulai layanan ahli gizi, pemberian makan sesuai anjuran ahli gizi, pemeriksaan sanitasi, fisioterapis, hingga konseling dan edukasi psikolog.
”Di situ semua ada mulai pola asuh, penanganan gizi, dan sanitasi, sehingga diharapkan anak-anak itu dua bulan lulus dari stunting,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023