Wakil Ketua Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI), Majelis Ulama Indonesia (MUI) Erick Yusuf menyebut adanya film horror yang menggunakan judul dengan istilah-istilah Islam dapat menyebabkan masyarakat menjadi takut untuk beribadah.
Pernyataan tersebut dikemukakan merespons adanya pembahasan tentang sejumlah film horor yang menggunakan istilah dan/atau unsur Agama Islam dalam judulnya, seperti film berjudul "Kiblat" yang tengah ramai diperbincangkan.
"Sudah lumayan lama kami resah terkait ini, karena pertama, ini yang dikhawatirkan adalah dengan adanya film-film horror yang membawa unsur-unsur agama membuat orang-orang yang misalnya mau shalat tahajud menjadi takut karena ingat film tersebut," katanya kepada ANTARA dikonofirmasi di Jakarta, Selasa.
Selain itu, Ketua Komisi Kesra, Dewan Riset Daerah DKI Jakarta itu mengungkapkan adanya film-film tersebut dapat menyebabkan kesalahpahaman, karena istilah-istilah di Agama Islam justru digunakan sebagai judul oleh film-film yang memiliki genre horror.
Ia menilai hal tersebut harus dipisahkan, karena dapat menyebabkan persepsi yang salah terhadap film religi yang biasanya juga menggunakan istilah-istilah Agama Islam.
"Karenanya, saya lebih cenderung melihat film horror zaman dahulu, dengan judul misalnya 'Bangkit Dalam Kubur', 'Nyi Blorong' atau 'Jin dan Siluman' itu justru silakan, karena sudah jelas arahnya horror yang berbau mistis," ujarnya.
Selama ini, ungkap Erick, belum ada reaksi khusus terhadap fenomena tersebut, karena pihaknya menilai hanya ada satu atau dua judul film dengan tema tersebut.
Ia juga mengatakan saat ini belum ada pembicaraan yang dilakukan oleh produser film "Kiblat". Meski demikian, bahasan perihal tersebut akan didiskusikannya lebih lanjut bersama dengan internal MUI.
Erick berharap film yang menggunakan istilah dan/atau unsur Agama Islam seharusnya menjadi film religi yang memotivasi umat Islam untuk lebih giat beribadah.
Sebelumnya Ketua MUI bidang Dakwah dan Ukhuwah Muhammad Cholil Nafis sempat mengutarakan pendapatnya soal film yang berjudul "Kiblat" melalui akun media sosial Instagram pribadinya di @cholilnafis.
Diketahui, film tersebut memiliki poster dengan gambar seseorang yang sedang melakukan gerakan ruku dalam shalat, namun wajahnya menghadap ke atas dan bukan ke bawah seperti sewajarnya dalam gerakan shalat.
"Saya tak tahu isi filmnya, maka belum bisa komentar. Tapi gambarnya seram ko’ judulnya Kiblat ya. Saya buka-buka arti Kiblat hanya Ka’bah, arah menghadapnya orang-orang shalat," ungkap Cholil dalam unggahannya (24/3).
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024
Pernyataan tersebut dikemukakan merespons adanya pembahasan tentang sejumlah film horor yang menggunakan istilah dan/atau unsur Agama Islam dalam judulnya, seperti film berjudul "Kiblat" yang tengah ramai diperbincangkan.
"Sudah lumayan lama kami resah terkait ini, karena pertama, ini yang dikhawatirkan adalah dengan adanya film-film horror yang membawa unsur-unsur agama membuat orang-orang yang misalnya mau shalat tahajud menjadi takut karena ingat film tersebut," katanya kepada ANTARA dikonofirmasi di Jakarta, Selasa.
Selain itu, Ketua Komisi Kesra, Dewan Riset Daerah DKI Jakarta itu mengungkapkan adanya film-film tersebut dapat menyebabkan kesalahpahaman, karena istilah-istilah di Agama Islam justru digunakan sebagai judul oleh film-film yang memiliki genre horror.
Ia menilai hal tersebut harus dipisahkan, karena dapat menyebabkan persepsi yang salah terhadap film religi yang biasanya juga menggunakan istilah-istilah Agama Islam.
"Karenanya, saya lebih cenderung melihat film horror zaman dahulu, dengan judul misalnya 'Bangkit Dalam Kubur', 'Nyi Blorong' atau 'Jin dan Siluman' itu justru silakan, karena sudah jelas arahnya horror yang berbau mistis," ujarnya.
Selama ini, ungkap Erick, belum ada reaksi khusus terhadap fenomena tersebut, karena pihaknya menilai hanya ada satu atau dua judul film dengan tema tersebut.
Ia juga mengatakan saat ini belum ada pembicaraan yang dilakukan oleh produser film "Kiblat". Meski demikian, bahasan perihal tersebut akan didiskusikannya lebih lanjut bersama dengan internal MUI.
Erick berharap film yang menggunakan istilah dan/atau unsur Agama Islam seharusnya menjadi film religi yang memotivasi umat Islam untuk lebih giat beribadah.
Sebelumnya Ketua MUI bidang Dakwah dan Ukhuwah Muhammad Cholil Nafis sempat mengutarakan pendapatnya soal film yang berjudul "Kiblat" melalui akun media sosial Instagram pribadinya di @cholilnafis.
Diketahui, film tersebut memiliki poster dengan gambar seseorang yang sedang melakukan gerakan ruku dalam shalat, namun wajahnya menghadap ke atas dan bukan ke bawah seperti sewajarnya dalam gerakan shalat.
"Saya tak tahu isi filmnya, maka belum bisa komentar. Tapi gambarnya seram ko’ judulnya Kiblat ya. Saya buka-buka arti Kiblat hanya Ka’bah, arah menghadapnya orang-orang shalat," ungkap Cholil dalam unggahannya (24/3).
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024