Danau Biwa di Prefektur Shiga tidak saja merupakan danau terbesar penarik wisatawan untuk berkunjung ke Negeri Matahari Terbit, Jepang, melainkan juga sebagai sumber air yang sangat penting bagi masyarakat di wilayah Kyoto dan Osaka.

Danau seluas 670 km2 yang kaya beragam spesies flora dan fauna endemik itu terbentuk sejak 4 juta tahun lampau, sehingga kaya dengan cerita dan legenda yang sangat atraktif.

Pemerintah Jepang sadar benar akan potensi Danau Biwa, hingga mengoptimalkan pemanfaatan atas danau tersebut untuk kepentingan yang lebih luas dan keberlanjutan kehidupan generasi mendatang.

Hal itulah yang kemudian mendorong Pemerintah Indonesia untuk mengambil banyak pelajaran penting dari keberhasilan Negeri Sakura itu dalam mengelola Danau Biwa.

Bangsa ini memang perlu banyak belajar dari negara lain terkait pengelolaan danau, mengingat Indonesia sendiri banyak memiliki danau yang sejatinya menjadi penopang ekosistem kehidupan di wilayah sekitarnya secara alamiah.

Rencana kolaborasi dengan Jepang untuk sharing best practice mengenai pengelolaan danau pun menjadi patut diapresiasi dan jika memungkinkan mendesak untuk segera diwujudkan.

Harapan baik terkait manajemen danau yang lebih efektif itu bisa diterapkan di Indonesia sebagai oleh-oleh konkret dari ketuanrumahan Indonesia dalam ajang World Water Forum ke-10 di Bali.

Sebagaimana disampaikan oleh Dirjen Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Dyah Murtiningsih, Pemerintah Indonesia akan menindaklanjuti kerja sama dan kolaborasi dengan Pemerintah Jepang dalam mengelola danau.

Rencana tindak lanjut itu juga sebagai salah satu poin yang dibahas dalam sesi pertemuan bertajuk "Urgent Call to Save our Lakes" pada ajang "World Water Forum" (WWF) Ke-10 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Provinsi Bali.


Hari danau

Danau memang kerap kali luput dari fokus pembahasan, bahkan bisa dibilang jarang diangkat dalam forum-forum internasional, padahal semua sepakat peran danau sangat vital bagi kelangsungan kehidupan.

Bahkan, ada negara-negara dengan jumlah danau terbanyak, seperti Kanada, yang kemudian menggantungkan ekonomi hampir sepenuhnya kepada danau-danau yang mereka miliki.

Oleh karena itu, perhatian untuk mengelola danau secara berkelanjutan, sudah saatnya diserukan di tingkat global, di tengah ancaman krisis air, krisis pangan, dan krisis energi.

Fakta inilah yang menjadi salah satu alasan bagi Pemerintah Indonesia untuk mengusulkan Hari Danau Sedunia kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan memanfaatkan momentum World Water Forum 2024.

Seiring dengan pengusulan Hari Danau Sedunia, ada pendirian center of excellence untuk ketahanan air dan iklim, dan isu pengelolaan sumber daya air secara terpadu pada pulau-pulau kecil.

Forum ini menjadi penting untuk mengangkat peran danau-danau di Bumi ini sebagai upaya menjaga ekosistem berbasis air.

Dalam forum-forum tingkat tinggi, seperti World Water Forum, diperlukan diplomasi yang efektif agar satu usulan dapat diterima dan menjadi rekomendasi bersama.

Inisiatif terkait penetapan Hari Danau Sedunia atau "World Lake Day" menjadi salah satu poin yang disepakati dalam Deklarasi Menteri pada sesi ministerial meeting pada World Water Forum ke-10 di Bali.

Ini mencerminkan bahwa penetapan Hari Danau Sedunia disadari, bukan semata selebrasi dari forum itu, melainkan sebagai pengingat semua tentang pentingnya keberadaan danau, bukan saja sebagai sumber air, melainkan juga untuk kepentingan terkait ketersediaan pangan dan energi, hingga keberlanjutan ekosistem lainnya.

Hari danau juga menjadi cara untuk mengarusutamakan perhatian dunia bagi danau-danau sebagai sumber kehidupan.

Dalam World Water Forum ke-10 di Bali, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono Basuki menegaskan bahwa danau merupakan sumber pasokan air bagi kehidupan manusia dari sisi sosial maupun manfaat ekonomi. Peringatan Hari Danau Sedunia nantinya bukan hanya sekadar simbolis, namun ada upaya pelestarian terhadap ekosistem danau dalam perayaan tersebut.


Sumber kehidupan

Pengelolaan danau secara berkelanjutan disadari kemudian menjadi hal yang sangat penting, mengingat air yang menjadi sumber kehidupan di dunia, sekitar 80 persen di antaranya berasal dari danau.

Dalam konteks Indonesia, urgensi manajemen danau yang baik sangat tinggi, karena, bahkan danau vulkanik terbesar juga adanya di Indonesia, yakni Danau Toba di Provinsi Sumatra Utara.

Direktur Rehabilitasi Perairan Darat dan Mangrove (RPDM) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Ir Inge Retnowati, ME menyampaikan Indonesia mengetengahkan inisiatif khusus terkait hari danau, karena fungsi danau yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan.

Berdasarkan riset dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah danau yang banyak, yakni mencapai lebih dari 2.000.

Karena itu, danau memerlukan perhatian yang khusus, mengingat ada begitu banyak faktor ancaman yang bisa menurunkan fungsinya yang harus diselamatkan dari kondisi kritis, mencakup pencemaran, pendangkalan, hingga penurunan "biodiversity".

Faktanya, Indonesia dengan lebih dari 2.000 danau tersebut belum sepenuhnya mampu untuk mengakses agar dapat terus terjaga kondisinya sebagai penopang kehidupan makhluk hidup.

Untuk konteks yang lebih luas, gambaran tentang pemanfaatan danau semestinya bukan semata optimalisasi fungsi, melainkan juga pelestariannya yang harus berkelanjutan.

Sebab dengan manajemen danau yang baik, maka masyarakat di sekitarnyanya akan mudah untuk merasakan dampak baik, yakni hidup sejahtera.

Untuk mengingatkan semua pihak tentang pentingnya danau bagi kehidupan, penetapan Hari Danau Sedunia menjadi semakin tidak terelakkan. Mari menyerukan Hari Danau Sedunia untuk kehidupan yang lebih baik.

 

 

Pewarta: Hanni Sofia

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024