Ketua Umum (Ketum) Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) Philip Kuntjoro Widjaja memaknai Waisak 2024 sebagai momentum untuk merenungi semangat persatuan dan kesatuan yang diusung Budi Utomo serta nilai-nilai luhur Buddha.

Philip mengatakan hal itu karena Waisak tahun ini dirayakan berdekatan dengan Hari Kebangkitan Nasional. Menurutnya, dua peristiwa bersejarah ini menjadi kesempatan untuk memperkuat ikatan kebangsaan dan keharmonisan antar umat beragama demi mewujudkan Indonesia damai sejahtera.

“Saat ini, semua orang sudah merasa dirinya adalah Indonesia. Namun, kita perlu langkah yang lebih konkret untuk memperjelas dan memperkuat nasionalisme. Dalam agama Buddha, misalnya, organisasi seperti Permabudhi, bekerja keras untuk menciptakan kesatuan dan persatuan sesuai dengan kebijakan moderasi beragama yang digulirkan pemerintah,” kata Philip dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Kamis.

Menurutnya, moderasi beragama penting untuk mengisi ruang publik agar bisa menekan propaganda kaum radikal. Ancaman doktrin ekstrem atau ideologi transnasional, ujar dia, perlu diimbangi dengan menjelaskan kembali falsafah Indonesia, sesuai dengan yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa.

Ia meyakini kearifan lokal merupakan fondasi yang harus dipertahankan. Masyarakat harus mengambil sikap yang tepat ketika memandang suatu masalah dan memastikan hal tersebut sejalan dengan napas nasionalisme Indonesia.

“Penting untuk membangun komunikasi lintas agama yang baik untuk mengurangi ketegangan dan meningkatkan pemahaman antar umat beragama. Dengan saling memahami dan menghormati, kemungkinan terjadinya gesekan bisa diminimalkan dan kita dapat bekerja sama membangun bangsa, serta meminimalisasi dampak ideologi transnasional,” ucapnya.

Philip juga mengulas tema perayaan Waisak tahun ini, yakni Kesadaran Keberagaman, Jalan Hidup Luhur, Harmonis, dan Bahagia. Menurutnya, tema tersebut selalu relevan untuk diingatkan kembali dalam rangka membentuk NKRI yang solid dan kuat.

“Melalui berbagai kegiatan lintas agama, kita dapat memperkuat ikatan persaudaraan dan saling memahami, yang pada akhirnya menciptakan masyarakat yang harmonis dan bahagia,” tambahnya.

Di samping itu, dia menilai komunikasi tetap menjadi kunci dalam membangun kesadaran akan keberagaman. Komunikasi yang efektif diharapkan mampu mereduksi gesekan yang mungkin terjadi karena kesalahpahaman.

“Dengan membuka dialog, kita bisa menawarkan solusi untuk mengurangi ketegangan dan menyadarkan pihak-pihak yang mengganggu. Ini sudah saya lakukan dari waktu ke waktu, baik di Indonesia maupun di berbagai pelosok dunia melalui interfaith action,” katanya.

Komunikasi efektif yang mampu menjembatani berbagai perbedaan bukan tugas pemuka agama atau tokoh masyarakat saja. Masyarakat pada umumnya, kata dia, juga harus merasakan kebutuhan yang sama akan hidup berdampingan dalam kedamaian.

Philip mengingatkan bahwa ketahanan nasional tidak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah, tetapi juga partisipasi aktif masyarakat.

“Dengan semangat Hari Kebangkitan Nasional dan Waisak, mari kita sinergikan upaya kita semua untuk menciptakan Indonesia yang damai, rukun, dan sejahtera,” ajak Philip.

 

Pewarta: Fath Putra Mulya

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024