Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Melawi Arif Santoso mengungkap deforestasi dan pendangkalan sungai yang mengakibatkan tingkat penyerapan air hujan menurun drastis dan aliran sungai semakin dangkal menjadi penyebab utama banjir di daerah itu.
"Deforestasi disebabkan oleh alih fungsi lahan yang berdampak pada meningkatnya erosi. Partikel-partikel tanah terbawa aliran air hujan, menyumbat alur sungai dan mengurangi kapasitas penampungan air," kata Arif di Pontianak, Kamis.
Dia mengatakan, pihaknya sudah sering melaporkan terjadinya bencana banjir dan longsor kepada BPBD Kalbar dan sekarang juga sedang mempersiapkan diri untuk menangani kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
"BPBD Kabupaten Melawi ke depannya akan terus berkoordinasi dengan PWSK Provinsi Kalimantan Barat yang telah melakukan kajian dan langkah ini penting agar BPBD dapat fokus pada tugas-tugas penanganan bencana," tuturnya.
Arif mengatakan sepanjang tahun 2024 banjir bandang telah terjadi sepuluh kali di sepuluh lokasi berbeda di Melawi, tergantung curah hujan di masing-masing tempat. Daerah yang paling sering terkena dampak adalah wilayah hulu, pegunungan, dan perbukitan.
"Selain itu, alur sungai yang mengalami pendangkalan menyebabkan banjir menjadi sering terjadi, bahkan di daerah hulu kini sering dilanda banjir bandang. Faktor utama yang menyebabkan ini adalah hilangnya perlindungan pepohonan akibat deforestasi, yang membuat air hujan mengalir deras tanpa hambatan," kata Arif.
BPBD Melawi terus melakukan pemantauan di lokasi yang terjadi bencana dan melaporkan perkembangan dan upaya yang telah dilakukan dalam penanganan bencana banjir di wilayah tersebut.
"Dengan demikian, diharapkan penanganan bencana dapat dilakukan lebih efektif dan responsif," katanya.
Baca juga: Lurah berperan penting mengatasi bencana di Jakarta Selatan
Baca juga: BNPB imbau warga di Pringsewu Lampung antisipasi banjir susulan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024
"Deforestasi disebabkan oleh alih fungsi lahan yang berdampak pada meningkatnya erosi. Partikel-partikel tanah terbawa aliran air hujan, menyumbat alur sungai dan mengurangi kapasitas penampungan air," kata Arif di Pontianak, Kamis.
Dia mengatakan, pihaknya sudah sering melaporkan terjadinya bencana banjir dan longsor kepada BPBD Kalbar dan sekarang juga sedang mempersiapkan diri untuk menangani kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
"BPBD Kabupaten Melawi ke depannya akan terus berkoordinasi dengan PWSK Provinsi Kalimantan Barat yang telah melakukan kajian dan langkah ini penting agar BPBD dapat fokus pada tugas-tugas penanganan bencana," tuturnya.
Arif mengatakan sepanjang tahun 2024 banjir bandang telah terjadi sepuluh kali di sepuluh lokasi berbeda di Melawi, tergantung curah hujan di masing-masing tempat. Daerah yang paling sering terkena dampak adalah wilayah hulu, pegunungan, dan perbukitan.
"Selain itu, alur sungai yang mengalami pendangkalan menyebabkan banjir menjadi sering terjadi, bahkan di daerah hulu kini sering dilanda banjir bandang. Faktor utama yang menyebabkan ini adalah hilangnya perlindungan pepohonan akibat deforestasi, yang membuat air hujan mengalir deras tanpa hambatan," kata Arif.
BPBD Melawi terus melakukan pemantauan di lokasi yang terjadi bencana dan melaporkan perkembangan dan upaya yang telah dilakukan dalam penanganan bencana banjir di wilayah tersebut.
"Dengan demikian, diharapkan penanganan bencana dapat dilakukan lebih efektif dan responsif," katanya.
Baca juga: Lurah berperan penting mengatasi bencana di Jakarta Selatan
Baca juga: BNPB imbau warga di Pringsewu Lampung antisipasi banjir susulan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024