Lembaga survei "Indo Riset" telah melakukan survei pasangan Calon Gubernur Jawa Barat 2024 yang menyebutkan bahwa Dedi Mulyadi mengungguli calon-calon lainnya yang berlaga pada Pilkada Jabar 2024.
Direktur Eksekutif Indo Riset Roki Arbi dalam keterangan di Bandung, Selasa, mereka mencoba melakukan melakukan simulasi jika Dedi Mulyadi dipasangkan dengan beberapa tokoh dengan elektabilitas lumayan tinggi di Jabar, seperti Atalia Praratya, Ade Ginanjar, dan Erwan Setiawan.
Hasilnya, Dedi Mulyadi dominan di atas 85 persen suara, baik itu melawan Ahmad Syaikhu dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ataupun Ono Surono dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
"Dedi Mulyadi dominan di atas 85 persen suara, baik ketika head to head dengan Ahmad Saikhu-Ilham Akbar Habibie atau head to head dengan Ono Surono-Acep Adang Ruhiyat," kata Roki Arbi.
Roki menyebut tingginya elektabilitas Dedi Mulyadi masih disumbang oleh faktor personalnya. Ketika Dedi Mulyadi dipasangkan dengan Atalia Praratya hasil survei yang dilakukan dua minggu sebelum pendaftaran itu ada di angka 88,3 persen jika Dedi Mulyadi head to head dengan Ahmad Syaikhu.
"Sementara Dedi Mulyadi-Atalia Praratya head to head melawan Ono Surono hasilnya 90,8 persen," tutur Roki.
Namun lanjut dia, ada nama Erwan setiawan yang ternyata memiliki survei cukup tinggi ketika disangdingkan dengan Dedi Mulyadi. Jika head to head dengan Ahmad Syaikhu, pasangan Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan mendapatkan hasil 85,3 persen.
"Jika head to head dengan Ono Surono Dedi Mulyadi Erwan Setiawan haslinya 89,0 persen. Itu hampir sama dengan pasangan Dedi Mulyadi dan Atalia Praratya," tutur Roki.
Menurut Roki, faktor Ridwan Kamil mempengaruhi perubahan peta politik jelang Pilkada Jawa Barat.
Di mana peningkatan Suara Dedi Mulyadi itu, lanjut Roki, akibat Ridwan Kamil tidak maju di Jawa Barat.
"Dalam simulasi lima nama, Dedi Mulyadi memilki elektabilitas 76,8 persen. Sementara dalam simulasi tiga atau dua nama, tingkat elektabilitas Dedi Mulyadi di atas 80 persen," tutur Roki.
Oleh sebab itu, dari hasil survei tersebut cukup berat bagi kandidat lain untuk menyaingi suara Dedi Mulyadi lantaran tingkat elektabilitasnya terpaut cukup jauh.
Adapun data tiga kategori simulasi tingkat elektabilitas yang dilakukan Indo Reset.
Simulasi 1: Dedi Mulyadi-Atalia Praratya 84,3, Ono Surono-Acep Adang Ruhiat 3,8 persen, Ahmad Syaikhu-Ilham Akbar Habibie 8,2 persen.
Simulasi 2: Dedi Mulyadi-Ade Ginanjar 81,2 persen, Ono Surono-Acep Adang Ruhiat 5,2 persen, Ahmad Syaikhu-Ilham Akbar Habibie 9,0 persen.
Simulasi 3: Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan 81,5 persen, Ono Surono-Acep Adang Ruhiat 4,3 persen, Ahmad Syaihu-Ilham Akbar Habibie 9,3 persen.
"Suara Dedi Mulyadi memang sudah dominan diatas 80 persen sebelum dilakukan simulasi pasangan. Saat dilakukan tiga model simulasi pasangan suara Dedi Mulyadi juga di atas 80 persen," tutur Roki.
Direktur Eksekutif Indo Riset Roki Arbi dalam keterangan di Bandung, Selasa, mereka mencoba melakukan melakukan simulasi jika Dedi Mulyadi dipasangkan dengan beberapa tokoh dengan elektabilitas lumayan tinggi di Jabar, seperti Atalia Praratya, Ade Ginanjar, dan Erwan Setiawan.
Hasilnya, Dedi Mulyadi dominan di atas 85 persen suara, baik itu melawan Ahmad Syaikhu dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ataupun Ono Surono dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
"Dedi Mulyadi dominan di atas 85 persen suara, baik ketika head to head dengan Ahmad Saikhu-Ilham Akbar Habibie atau head to head dengan Ono Surono-Acep Adang Ruhiyat," kata Roki Arbi.
Roki menyebut tingginya elektabilitas Dedi Mulyadi masih disumbang oleh faktor personalnya. Ketika Dedi Mulyadi dipasangkan dengan Atalia Praratya hasil survei yang dilakukan dua minggu sebelum pendaftaran itu ada di angka 88,3 persen jika Dedi Mulyadi head to head dengan Ahmad Syaikhu.
"Sementara Dedi Mulyadi-Atalia Praratya head to head melawan Ono Surono hasilnya 90,8 persen," tutur Roki.
Namun lanjut dia, ada nama Erwan setiawan yang ternyata memiliki survei cukup tinggi ketika disangdingkan dengan Dedi Mulyadi. Jika head to head dengan Ahmad Syaikhu, pasangan Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan mendapatkan hasil 85,3 persen.
"Jika head to head dengan Ono Surono Dedi Mulyadi Erwan Setiawan haslinya 89,0 persen. Itu hampir sama dengan pasangan Dedi Mulyadi dan Atalia Praratya," tutur Roki.
Menurut Roki, faktor Ridwan Kamil mempengaruhi perubahan peta politik jelang Pilkada Jawa Barat.
Di mana peningkatan Suara Dedi Mulyadi itu, lanjut Roki, akibat Ridwan Kamil tidak maju di Jawa Barat.
"Dalam simulasi lima nama, Dedi Mulyadi memilki elektabilitas 76,8 persen. Sementara dalam simulasi tiga atau dua nama, tingkat elektabilitas Dedi Mulyadi di atas 80 persen," tutur Roki.
Oleh sebab itu, dari hasil survei tersebut cukup berat bagi kandidat lain untuk menyaingi suara Dedi Mulyadi lantaran tingkat elektabilitasnya terpaut cukup jauh.
Adapun data tiga kategori simulasi tingkat elektabilitas yang dilakukan Indo Reset.
Simulasi 1: Dedi Mulyadi-Atalia Praratya 84,3, Ono Surono-Acep Adang Ruhiat 3,8 persen, Ahmad Syaikhu-Ilham Akbar Habibie 8,2 persen.
Simulasi 2: Dedi Mulyadi-Ade Ginanjar 81,2 persen, Ono Surono-Acep Adang Ruhiat 5,2 persen, Ahmad Syaikhu-Ilham Akbar Habibie 9,0 persen.
Simulasi 3: Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan 81,5 persen, Ono Surono-Acep Adang Ruhiat 4,3 persen, Ahmad Syaihu-Ilham Akbar Habibie 9,3 persen.
"Suara Dedi Mulyadi memang sudah dominan diatas 80 persen sebelum dilakukan simulasi pasangan. Saat dilakukan tiga model simulasi pasangan suara Dedi Mulyadi juga di atas 80 persen," tutur Roki.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024