Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan bahwa integritas, keamanan, dan kedaulatan Lebanon harus dijaga.

"Dan tidak ada—tidak ada petualangan regional, tidak ada kepentingan pribadi, tidak ada kesetiaan pada tujuan apa pun—yang layak untuk memulai konflik di Lebanon," katanya melalui pesan video yang diunggah di X pada Kamis (19/9).

Macron memperhatikan bahwa Lebanon sedang dilanda kesedihan dan ketakutan akibat serangan mematikan dari radio panggil-radio panggil (pager) milik warga sipil yang meledak.

Menekankan bahwa eskalasi konflik tidak menguntungkan siapa pun, ia menyebut warga Lebanon tidak boleh hidup dalam ketakutan akan perang yang mungkin terjadi.

"Ada jalur diplomatik... dan inilah yang ingin Prancis upayakan untuk Lebanon dengan semua mitranya. Pertama-tama, eskalasi tidak menguntungkan siapa pun," ujar dia.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam konferensi pers bersama Menlu Prancis Stephane Sejourne mengatakan bahwa kedua negara bersatu untuk menyerukan pengendalian diri dan mendesak de-eskalasi terkait Timur Tengah secara umum, khususnya di Lebanon.

Sejourne mengatakan Paris dan Washington sangat khawatir dengan situasi terkini di Timur Tengah dan menegaskan kembali seruan bagi semua pihak untuk meredakan ketegangan.

"Lebanon penting bagi Prancis. Lebanon tidak akan pulih dari perang total," katanya, menegaskan dukungannya bagi rakyat Lebanon.

Ketegangan antara Israel dan kelompok Hizbullah meningkat dalam beberapa hari terakhir menyusul gelombang ledakan Rabu yang memengaruhi perangkat nirkabel ICOM di seluruh Lebanon pada Rabu (18/9).

Ledakan dari perangkat komunikasi itu mengakibatkan 25 kematian dan 450 orang cedera.

Sehari sebelumnya, ledakan serupa terjadi pada pager yang menyebabkan 12 kematian dan melukai 2.800 orang lainnya, dengan 300 orang di antaranya dalam kondisi kritis.

Pemerintah Lebanon dan kelompok Hizbullah menganggap Israel bertanggung jawab atas ledakan tersebut dan mengancamnya dengan "konsekuensi yang berat."

Sejauh ini belum ada komentar dari Tel Aviv atas insiden yang terjadi di tengah meningkatnya peperangan lintas batas antara Israel dan kelompok Hizbullah.

Konflik terbaru Israel-Hizbullah pecah sejak dimulainya serangan brutal Israel di Jalur Gaza pada 7 Oktober tahun lalu, yang hingga kini menewaskan hampir 41.300 korban—sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.

Sumber: Anadolu

 



 

Pewarta: Yashinta Difa

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024