Dokter Spesialis Konsultan Saluran Napas dan Paru Anak (Respirologi) IDAI, Muchammad Fahrul Udin mengatakan bahwa pentingnya para orang tua mengenali gejala Tuberkulosis (TB) pada anak sejak dini.
Dia menjelaskan di Jakarta Kamis, terdapat beberapa tanda-tanda anak usia dini terpapar virus TB, seperti nafsu makan yang berkurang, demam selama dua minggu, hingga batuk yang tidak berhenti-henti dalam jangka waktu yang lama.
“Terdapat batuk yang berkepanjangan bisa lebih dari dua minggu, ciri batuknya itu bukan yang timbul hilang dan lebih dari dua minggu,” kata Muchammad Fahrul Udin pada kegiatan “Kelas Orang Tua Hebat Seri 9: Kenali dan Cegah Tuberkulosis (TB) pada Anak Usia Dini” yang diselenggarakan oleh BKKBN secara daring.
Selain itu, gejala yang harus diwaspadai oleh orang tua dalam mengenali gejala TB, biasanya anak memiliki demam yang tidak tinggi, namun berjalan secara konsisten dalam jangka waktu yang panjang.
Menurut dia, tanda-tanda lain juga bisa terjadi seperti selalu berkeringat pada malam hari yang tidak wajar. Hal tersebut dikatakannya, karena imun dari tubuhnya sedang melawan kuman dari TB tersebut.
“Keringat malam, itu imun mereka sedang berusaha untuk melawan. Sehingga berkeringat malamnya, normalnya itu kan tidak berkeringat kalau malam ya,” jelasnya.
Selanjutnya, terdapat tanda-tanda lain yang juga dapat dikenali dengan mudah, seperti anak yang selalu lunglai dan seperti tidak memiliki tenaga untuk beraktivitas meski sudah mendapatkan gizi dan makanan yang cukup.
“Anak kurang aktif dan lemas, ini juga merupakan gejala yang harus dicermati. Selain itu, terdapat pembengkakan getah bening di bagian leher, ketiak kanan dan kiri,” ujarnya.
Anak yang belum memiliki imun secara sempurna memang sangat rentan terinfeksi virus TB, terlebih bagi anak yang memiliki kedekatan dengan orang yang sedang sakit atau masih dalam tahap penyembuhan.
Sehingga, pencegahan dan pola hidup yang bersih sangat perlu diterapkan di rumah masing-masing atau di lingkungan tempat mereka tinggal.
Data yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan mencatat, berdasarkan Global Report 2022, Indonesia merupakan negara dengan beban TBC tertinggi kedua setelah India. WHO memperkirakan 969.000 kasus TBC di Indonesia dengan angka notifikasi saat ini yaitu 717.941 kasus.
Tuberkulosis Resiten Obat (TB RO) merupakan penyakit yang berdampak pada kesehatan masyarakat, dengan jumlah kasus semakin meningkat sehingga memerlukan upaya penanggulangan yang komprehensif dari semua pihak.
Sehingga, pada tahun 2013, Menteri Kesehatan telah menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 13 Tahun 2013 tentang Pedoman Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis Resistan Obat, sebagai acuan dalam tatalaksana penanggulangan TB RO di Indonesia.
Perkembangan tatalaksana TB RO di tingkat global terjadi dengan cepat baik terkait alur diagnostic, paduan pengobatan maupun tatalaksana penyakit yang berpusat pada pasien (patient centered approach).
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024