Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menilai program Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling) di setiap kabupaten dan kota harus lebih diaktifkan yang bukan hanya untuk memastikan kampung aman dari maling tetapi juga aman dari risiko bahaya bencana alam.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari di Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor mendominasi bencana alam di tanah air yang setidaknya 41,60 persen dari 35 kejadian bencana dalam sepekan terakhir ini.
Baca juga: BPBD Lebak imbau masyarakat siaga bencana hidrometeorologi
BNPB melaporkan kondisi kebencanaan tersebut dipengaruhi setelah sebagian besar wilayah Indonesia yang sudah mengalami musim hujan dengan curah hujan yang meningkat hingga sebesar 20 persen dari normalnya karena dipicu oleh beberapa fenomena atmosfer dan diperkuat dengan keberadaan siklon tropis.
Bencana banjir, tanah longsor, dan pergerakan tanah yang melanda sejumlah daerah di Jawa pada 2-9 Desember seperti Sukabumi, Cianjur, Pandeglang, dan Kabupaten Bandung menjadi contoh besarnya pengaruh dari fenomena atmosfer dan siklon tropis tersebut.
“Untuk itu, Babinsa, Babinkamtibmas, petugas RT/RW dapat saling bergantian melakukan Siskamling melihat air sungai naik atau tanggul mulai meluap. Informasi ini penting karena meski waktunya hanya beberapa menit tetapi bisa signifikan menyelamatkan nyawa masyarakat setempat,” kata dia.
Baca juga: Waspadai cuaca ekstrem di Jateng pada 9-11 Desember 2024
Dia mengakui bahwa belum seluruh wilayah Indonesia memiliki peralatan sistem informasi peringatan dini yang secara spesifik tentang potensi bencana banjir, tanah longsor, cuaca ekstrem, dan angin kencang atau puting beliung.
Alat peringatan dini banjir dari BNPB tersebut baru dimiliki beberapa daerah seperti Kabupaten Agam dan Tanah Datar dan Kota Padang Panjang di Sumatera Barat untuk mengantisipasi potensi bahaya banjir lahar dingin dari aliran sungai Gunung Marapi.
Akan tetapi pihaknya menilai informasi prakiraan cuaca dan segenap fenomena alam yang mempengaruhinya yang selalu disampaikan secara cepat dan akurat oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kemudian disosialisasikan oleh petugas BNPB dan BPBD di daerah masih menjadi andalan dalam mencegah dampak bencana itu.
“Poinnya adalah penting juga untuk terus ikuti informasi perkembangan kondisi cuaca yang disajikan secara up to date setiap hari bahkan tiga jam sekali itu,” kata Abdul Muhari.
Baca juga: BPBD Banjarnegara Jateng ajukan status siaga darurat bencana hidrometeorologiCOPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024