Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan hilirisasi komoditas mineral dan batu bara (minerba) menjadi instrumen penting bagi Indonesia untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar delapan persen per tahun.

Menurut dia, dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, pemerintah terus mendorong hilirisasi sektor minerba sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Hal tersebut sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto, yang ingin mendorong laju pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar delapan persen dalam beberapa tahun mendatang.

"Tidak ada cara lain yang harus kita lakukan untuk meningkatkan GDP dan pendapatan per kapita kita, selain dengan cara-cara terobosan baru. Hilirisasi adalah salah satu instrumen untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang kita inginkan," ujar Bahlil.

Baca juga: Reaktivasi sumur "idle" untuk tingkatkan produksi migas

Sesuai Peta Jalan Hilirisasi Investasi Strategis, kata Bahlil, pemerintah memproyeksikan total investasi mencapai 618 miliar dolar AS yang akan dialokasikan untuk 28 komoditas hilirisasi.

Sekitar 91 persen dari besaran investasi tersebut terkonsentrasi di sektor ESDM, terutama untuk komoditas minerba serta minyak dan gas bumi (migas).

"Hilirisasi sebagai instrumen pertumbuhan ekonomi, terbanyak atau 91 persen dari 28 komoditas itu, total investasi sampai dengan 2035-2040, kita butuhkan 618 miliar dolar AS. Dari angka tersebut, sekitar 91 persen ada di Kementerian ESDM dan minerba yang paling banyak," jelasnya.

Indonesia memiliki potensi sejumlah komoditas minerba yang cukup besar di dunia.

Untuk nikel, Indonesia bahkan menduduki posisi nomor 1 dunia dengan mengusai 42 persen cadangan global.

Untuk bauksit, RI menempati posisi nomor 4
dunia dengan penguasaan cadangan 9,8 persen global.

Lalu, tembaga di nomor 9 dunia dengan menguasai 2 persen cadangan global, emas nomor 4 dunia dengan cadangan 5,8 persen global, timah nomor 1 dunia dengan cadangan 34,47 persen dunia, dan batu bara nomor 6 dunia dengan penguasaan 3 persen global.


Baca juga: Pembahasan formula subsidi BBM capai tahap akhir

Pewarta: Kelik Dewanto

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024