Masyarakat petani di Gampong (desa) Alue Keutapang, Kecamatan Bandar Dua, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh mengharapkan pemerintah segera memulihkan kembali lahan persawahan mereka yang rusak tertimbun lumpur pascabanjir bandang.

"Masyarakat di sini bertani, dan sekarang sawah tertutup lumpur banjir, kita harap pemerintah dapat membantu mengeroknya," kata Keuchik (kepala desa) Alue Keutapang, Kafrawi, di Pidie Jaya, Rabu.

Dia menjelaskan, lahan persawahan di desanya seluas 175 hektare, dan akibat bencana 64 hektare rusak berat, 34 hektare di antaranya gagal panen dan 30 hektare baru selesai dipanen.

Selebihnya, banyak juga sawah yang rusak ringan akibat lumpur banjir tersebut. Sejauh ini, lahan yang masih bagus untuk ditanami kembali hanya sekitar 10-11 hektare.

"Gagal panen dan rusak berat 34 hektare, yang sudah panen rusak berat 30 hektare. Kalau yang masih bisa ditanam lagi sekitar 10-11 hektare," ujarnya.

Untuk sawah yang rusak berat itu, tambah dia, ketinggian lumpurnya mencapai 50-70 centimeter. Kondisi tersebut membuat sawah mereka hilang dan terlihat seperti tanah timbunan.

Kafrawi menyampaikan, sejauh ini tim dari Dinas Pertanian sudah turun meninjau lokasi, dan dijanjikan bakal mengambil lumpur-lumpur itu menggunakan alat berat.

"Kalau dipulihkan, Dinas Pertanian sudah turun ke lokasi, katanya mau dikerok kembali lumpurnya pakai alat berat," ujarnya.

Ia menegaskan, petani tidak bisa memaksakan diri untuk menanami padi di atas lumpur tersebut, karena saluran airnya sudah hancur tertutup lumpur, sehingga airnya tidak bisa mengalir lagi.

"Sawah sudah mengering, dampak sosial di sini pastinya kehilangan mata pencaharian, karena di sini rata-rata petani dan penjual. Karena itu, kita harapkan pemerintah dapat memulihkan sawah-sawah masyarakat ini," harap Kafrawi.

Hal senada juga disampaikan Ismail, Keuchik Babah Krueng, Kecamatan Bandar Dua, Kabupaten Pidie Jaya. Ia menyampaikan, di daerahnya sekitar 60 hektare lahan pertanian serta masyarakat terendam lumpur banjir, bahkan sebagian hendak dipanen, kemudian gagal setelah musibah tersebut.

"Tertimbun lumpur semua yang padi belum dipotong, 60 hektare gagal panen," katanya.

Kondisi ini, kata dia, telah membuat mata pencaharian masyarakat di sana yang mayoritas petani terganggu. Diharapkan pemerintah daerah bisa memberikan solusi terbaik, mengingat persawahan di sana sudah lumpuh total.

"Masyarakat kami di sini kerjanya hari-hari ke sawah, jadi sawahnya bermasalah, maka ekonomi dan pangannya bermasalah," ujar Ismail.

Pewarta: Rahmat Fajri

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2025