Bandung (ANTARA Kalbar) - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tengah menyusun program fasilitasi untuk para pekerja kreatif agar bisa mendapatkan akses kredit perbankan.

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif I Gde Pitana usai pembukaan Asia Tourism Forum (ATF) 2012 di Gedung Merdeka, Bandung, Selasa, mengakui salah satu kendala yang dihadapi oleh para pekerja kreatif dalam mengembangkan kegiatannya adalah masalah permodalan.

"Pekerja kreatif kekurangan modal terutama karena kegiatan-kegiatannya itu tidak 'bankable', berbeda dengan industri sepatu atau batu bara.Kalau industri kreatif bank sulit menganalisa karena modalnya tidak kelihatan. Modal dasar dari industri kreatif ada di otak masing-masing," tutur Pitana.

Menurut dia, salah satu ciri utama dari industri kreatif adalah tingginya nilai tambah yang merupakan hasil dari proses panjang penciptanya mulai dari proses olah pikir sampai olah tenaga.

"Untuk membuat nilai tambah itu memerlukan kreativitas. Ketika pekerja kreatif itu bekerja juga perlu makan. Namun, ketika mencari pinjaman ke bank tidak bisa karena tidak ada modal dan agunan," ujar Pitana.

Karena itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mulai menginisiasi program kerjasama dan fasilitasi agar pekerja kreatif bisa mendapat kepercayaan dari bank untuk memperoleh pinjaman.

Pitana menjelaskan program itu akan meniru skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk usaha kecil dan menengah yang tidak perlu mengajukan agunan kepada bank untuk memperoleh kredit karena program tersebut mendapatkan jaminan dari pemerintah.

(D013)

Pewarta:

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012