Washington (ANTARA Kalbar) - Gerilyawan Suriah yang memerangi pemerintah Presiden Bashar al-Assad mulai memperoleh senjata yang lebih baik dalam jumlah lebih banyak dalam upaya yang didanai negara Teluk dan sebagian dikoordinasikan Amerika Serikat, demikian laporan Washington Post, Selasa larut malam (15/5).

Laporan tersebut mengutip pegiat oposisi dan pejabat AS serta asing.
Namun beberapa pejabat pemerintah Presiden AS Barack Obama menegaskan Amerika Serikat "tidak memasok atau mendanai" barang mematikan, yang meliputi senjata antitank, kata laporan itu sebagaimana dikutip Reuters --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Rabu siang.

Malah, kata mereka, pemerintah Presiden Barack Obama telah memperluas kontak dengan pasukan militer oposisi guna menyedia buat negara Teluk penilaian tentang prasarana kendali-dan-komando serta kredibilitas gerilyawan, kata Washington Post.

"Kami akan meningkatkan bentuan tak mematikan kami buat oposisi Suriah, dan kami terus mengkoordinasikan upaya kami dengan teman dan sekutu di dalam dan luar wilayah tersebut untuk memperoleh dampak terbesar mengenai apa yang melakukannya secara bersama," kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS. Ia adalah salah seorang pejabat AS dan pejabat pemerintah asing yang membahas upaya yang berkembang tersebut tapi tak mau disebutkan jatidiri mereka, kata Washington Post.

Kontak AS dengan gerilyawan dan berbagi keterangan itu dengan negara Teluk menandakan perubahan dalam kebijakan pemerintah Obama saat harapan pudar bagi penyelesaian politik dalam krisis Suriah, kata surat kabar Amerika itu.
Pada Senin malam, satu ledakan besar menggetarkan kota pesisir Suriah, Banias, dan menewaskan empat orang, sementara seorang gadis enam tahun meninggal di Provinsi Damaskus, kata kelompok pemantau, Selasa.

"Seorang wanita dan tiga pria muda tewas" dalam ledakan kuat di
Banias, kata pernyataan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia --yang berpusat  di Inggris.

Observatorium mengatakan gadis itu tewas dalam kekerasan di daerah Eddin ar-Ras Shehab, Provinsi Damaskus, tetapi tidak memberikan perincian lebih lanjut.

Observatorium juga memberikan data jumlah korban terbaru, 37 orang yang tewas dalam kerusuhan yang melanda beberapa wilayah Suriah pada Senin, termasuk 23 tentara yang dibunuh oleh militer pembelot di Rastan, satu kota yang dikuasai gerilyawan di Provinsi bergolak Homs, di Suriah tengah.

Pertumpahan darah tersebut terjadi meski gencatan senjata yang ditengahi oleh utusan khusus bersama PBB-Liga Arab Kofi Annan sebagai bagian dari rencana yang bertujuan mengakhiri kekerasan yang melanda Suriah sejak Maret 2011, ketika aksi perlawanan meletus terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad.

Lebih dari 12.000 orang, sebagian besar warga sipil, tewas sejak
aksi perlawanan di Suriah meletus, termasuk lebih dari 900 tewas sejak gencatan senjata 12 April, kata Observatorium.

(C003)

Pewarta:

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012