Pontianak (ANTARA Kalbar) - Koran sisipan untuk daerah perbatasan "Indonesia Kini" yang diterbitkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Perum LKBN ANTARA, kembali hadir secara gratis di daerah perbatasan, Senin (21/5).
Koran edisi kedua tersebut menampilkan sejumlah artikel diantaranya "TKI Harus Tetap Dibela", "Pemerintah Siapkan Konversi ke Gas", "Ekspor Nasional Terus Tumbuh", "Produksi Beras Terus Digenjot", "PLN Kalbar Berjuang Terangi Perbatasan","Selesaikan Akar Masalah TKI","Obsesi Setiman Mewujudkan Pelabuhan Darat", dan "Memotivasi Generasi Muda".
Tentang kehadiran "Indonesia Kini" di perbatasan, Pemimpin Redaksi Indonesia Kini, Akhmad Kusaeni mengatakan daya dorong dan pengarus pers pada pembangunan di kawasan perbatasan sungguh masih sangat terbatas.
"Jika kita periksa peredaran koran di wilayah beranda terdepan negara, seperti di daerah Sintang,
Bengkayang dan Sanggau yang berbatasan dengan Malaysia, tidak tersentuh koran-koran nasional," katanya.
Padahal, ujar mantan Kepala LKBN Antara Biro New York tersebut, jika hendak sungguh-sungguh memodernisasi daerah perbatasan, maka warga yang hidup di garda terdepan tersebut harus dibawa ke era kemajuan, era ilmu dan teknologi modern, ke dalam era informasi yang canggih.
"Tugas maha berat ini tidak bisa dilakukan oleh pers yang diterbitkan di kota besar, karena hanya sedikit rakyat perbatasan yang baca koran atau media yang diterbitkan di Jakarta," katanya.
Oleh karena itu, ujar Akhmad Kusaeni, Perum LKBN Antara terpanggil untuk memajukan daerah perbatasan dengan menerbitkan Indonesia Kini yang menjadi sisipan koran lokal.
Sementara itu Kepala LKBN ANTARA Biro Kalimantan Barat, Zaenal Abidin mengatakan koran ini masih dicetak sekitar 5.000 eksemplar, dengan edisi terbit dua pekan sekali dan disisipkan lewat distribusi koran Tribun Pontianak. Wilayah peredaran untuk sementara ini di Sanggau, Bengkayang, Sintang dan Sekadau.
Selain di perbatasan Kalbar, koran Indonesia Kini juga terbit di perbatasan Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Kepulauan Riau.
(klik www.antarakalbar.com)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
Koran edisi kedua tersebut menampilkan sejumlah artikel diantaranya "TKI Harus Tetap Dibela", "Pemerintah Siapkan Konversi ke Gas", "Ekspor Nasional Terus Tumbuh", "Produksi Beras Terus Digenjot", "PLN Kalbar Berjuang Terangi Perbatasan","Selesaikan Akar Masalah TKI","Obsesi Setiman Mewujudkan Pelabuhan Darat", dan "Memotivasi Generasi Muda".
Tentang kehadiran "Indonesia Kini" di perbatasan, Pemimpin Redaksi Indonesia Kini, Akhmad Kusaeni mengatakan daya dorong dan pengarus pers pada pembangunan di kawasan perbatasan sungguh masih sangat terbatas.
"Jika kita periksa peredaran koran di wilayah beranda terdepan negara, seperti di daerah Sintang,
Bengkayang dan Sanggau yang berbatasan dengan Malaysia, tidak tersentuh koran-koran nasional," katanya.
Padahal, ujar mantan Kepala LKBN Antara Biro New York tersebut, jika hendak sungguh-sungguh memodernisasi daerah perbatasan, maka warga yang hidup di garda terdepan tersebut harus dibawa ke era kemajuan, era ilmu dan teknologi modern, ke dalam era informasi yang canggih.
"Tugas maha berat ini tidak bisa dilakukan oleh pers yang diterbitkan di kota besar, karena hanya sedikit rakyat perbatasan yang baca koran atau media yang diterbitkan di Jakarta," katanya.
Oleh karena itu, ujar Akhmad Kusaeni, Perum LKBN Antara terpanggil untuk memajukan daerah perbatasan dengan menerbitkan Indonesia Kini yang menjadi sisipan koran lokal.
Sementara itu Kepala LKBN ANTARA Biro Kalimantan Barat, Zaenal Abidin mengatakan koran ini masih dicetak sekitar 5.000 eksemplar, dengan edisi terbit dua pekan sekali dan disisipkan lewat distribusi koran Tribun Pontianak. Wilayah peredaran untuk sementara ini di Sanggau, Bengkayang, Sintang dan Sekadau.
Selain di perbatasan Kalbar, koran Indonesia Kini juga terbit di perbatasan Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Kepulauan Riau.
(klik www.antarakalbar.com)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012