Jakarta (ANTARA Kalbar) - Pemberlakuan "roundtable sustainable palm oil (RSPO)" untuk produk kelapa sawit dan turunannya atau "crude palm oil" (CPO) yang diberlakukan oleh negara-negara di Eropa tidak mempengaruhi ekspor dari Indonesia.
"Aturan RSPO tidak menurunkan kinerja ekspor CPO asal Indonesia ke pasar Eropa. Selama periode Januari-Mei 2012, ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia meningkat enam persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu," kata Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan di Jakarta, Senin.
Fadhil menyatakan meskipun krisis global tengah melanda negara-negara Eropa dan ada hambatan aturan RSPO, kinerja ekspor CPO Indonesia tetap tumbuh.
"Hingga akhir tahun, diperkirakan ekspor CPO akan terus meningkat jika diverfisikasi pasar ekspor ke Afrika, Timur Tengah, dan juga Amerika Latin seperti Brasil, Argentina mengalami peningkatan yang pesat akibat pertumbuhan ekonomi yang cukup baik," katanya.
Sedangkan harga CPO di pasar Internasional, kata Fadhil, tergantung pada pergerakan harga minyak bumi.
Dalam jangka menengah dan harga minyak bumi yang cenderung naik, maka harga CPO juga berpotensi meningkat, ujarnya.
Fadhil menambahkan, saat ini ada 1.911 industri sawit di Indonesia dan menghasilkan 23,5 juta ton CPO dari area 8,2 juta hektar lahan.
Struktur industri CPO di Indonesia tergolong sehat dan seimbang, di mana peranan petani sangat signifikan dengan menguasai 42 persen total area dan 37 persen dari produksi nasional, katanya.
(IAZ)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
"Aturan RSPO tidak menurunkan kinerja ekspor CPO asal Indonesia ke pasar Eropa. Selama periode Januari-Mei 2012, ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia meningkat enam persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu," kata Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan di Jakarta, Senin.
Fadhil menyatakan meskipun krisis global tengah melanda negara-negara Eropa dan ada hambatan aturan RSPO, kinerja ekspor CPO Indonesia tetap tumbuh.
"Hingga akhir tahun, diperkirakan ekspor CPO akan terus meningkat jika diverfisikasi pasar ekspor ke Afrika, Timur Tengah, dan juga Amerika Latin seperti Brasil, Argentina mengalami peningkatan yang pesat akibat pertumbuhan ekonomi yang cukup baik," katanya.
Sedangkan harga CPO di pasar Internasional, kata Fadhil, tergantung pada pergerakan harga minyak bumi.
Dalam jangka menengah dan harga minyak bumi yang cenderung naik, maka harga CPO juga berpotensi meningkat, ujarnya.
Fadhil menambahkan, saat ini ada 1.911 industri sawit di Indonesia dan menghasilkan 23,5 juta ton CPO dari area 8,2 juta hektar lahan.
Struktur industri CPO di Indonesia tergolong sehat dan seimbang, di mana peranan petani sangat signifikan dengan menguasai 42 persen total area dan 37 persen dari produksi nasional, katanya.
(IAZ)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012