Bogor (ANTARA Kalbar) - Pusat Penelitian Kehutanan Antarbangsa (CIFOR) bersama mitra kerja menggagas sebuah wisata belanja mebel di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Ketua Penelitian Rantai Nilai Mebel (Furniture Value Chain/FVC) CIFOR Dr Herry Purnomo kepada ANTARA di Bogor, Jawa Barat, Selasa menjelaskan, industri mebel dan kerajinan kayu merupakan jantung utama perekonomian Kota Jepara.
Mitra kerja dalam program itu adalah Pusat Penelitian Pertanian Internasional Australia atau "Australian Centre for International Agricultural Research" (ACIAR).
Proyek FVC dilaksanakan oleh CIFOR bekerja sama dengan Forum Rembug Klaster (FRK) Jepara, Pemerintah Kabupaten Jepara, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (Balitbanghut) Kementerian Kehutanan, dan Fakultas Kehutanan IPB.
Menurut dia, FVC melakukan penelitian kaji tindak terkait keberlangsungan industri mebel Jepara dan para perajinnya.
Ia menjelaskan, dalam rangka diseminasi dan berbagi informasi tentang hasil-hasil penelitian rantai nilai mebel Jepara, pihaknya mengundang jurnalis untuk turut serta dalam kegiatan "selusur jejak" bersama dan peluncuran buku di Jepara, tanggal 11-13 Juli 2012.
Dalam program itu, peserta akan mengunjungi sejumlah sentra mebel Jepara, di antaranya kawasan Tahunan yang terletak di jalan utama sepanjang 6 km, yang terdapat "show room" mebel.
Selain itu, juga ke Senenan yang merupakan sentra relief, di mana terdapat puluhan perajin yang mengerjakan relief.
Kemudian, kawasan Mulyoharjo, yang ditetapkan pemerintah daerah setempat sebagai sentra kerajinan dan patung.
Menurut dia, media massa sebagai salah satu sumber informasi bagi masyarakat memegang peranan penting untuk memajukan geliat perekonomian industri industri mebel di Jepara.
"Sehingga amatlah penting bagi industri Jepara untuk mendapatkan perhatian dari media, dengan memberitakan tentang segala aspek industri mebel di media," katanya.
Laporan media itu, kata dia, seperti berita tentang perjuangan para pelaku lokal yang bertahan dan berjuang mengembangkan bisnis.
"Termasuk telah dibuatnya peta panduan wisata belanja mebel yang memungkinkan wisatawan berinteraksi langsung dengan para pengrajin kecil dan berbelanja di sentra-sentra kerajinan," katanya.
Dikemukakannya bahwa potensi lain yang tidak kalah penting adalah pariwisata.
"Jepara cukup popular sebagai tujuan wisata, namun kebanyakan pengunjung belum menjadikan Jepara sebagai kota pusat belanja mebel. Hal ini tentu disayangkan mengingat besarnya potensi penjualan yang
dapat diraih," katanya.
Pelangi di Tanah Kartini
Herry Purnomo yang juga pengajar di Institut Pertanian Bogor (IPB) itu menjelaskan, dalam rangkaian program tersebut, juga akan diluncurkan buku bertajuk "Pelangi di Tanah Kartini".
Jepara, dikenal sebagai tempat kelahiran salah satu tokoh gerakan perempuan Raden Ajeng Kartini.
Penerbitan publikasi itu, kata dia, merupakan inisiatif dari para pelaku lokal industri mebel di Jepara untuk menggiatkan roda kegiatan permebelan di daerah itu.
Buku tersebut, katanya, diterbitkan sebagai sekuel dari buku dengan tema serupa berjudul "Menunggang Badai", yang telah terbit tahun 2011.
Dalam buku kedua, pembaca diajak untuk mengikuti kisah para pelaku lokal mebel Jepara yang berkutat, berjuang, dan bertahan dalam industri mebel.
(A035)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
Ketua Penelitian Rantai Nilai Mebel (Furniture Value Chain/FVC) CIFOR Dr Herry Purnomo kepada ANTARA di Bogor, Jawa Barat, Selasa menjelaskan, industri mebel dan kerajinan kayu merupakan jantung utama perekonomian Kota Jepara.
Mitra kerja dalam program itu adalah Pusat Penelitian Pertanian Internasional Australia atau "Australian Centre for International Agricultural Research" (ACIAR).
Proyek FVC dilaksanakan oleh CIFOR bekerja sama dengan Forum Rembug Klaster (FRK) Jepara, Pemerintah Kabupaten Jepara, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (Balitbanghut) Kementerian Kehutanan, dan Fakultas Kehutanan IPB.
Menurut dia, FVC melakukan penelitian kaji tindak terkait keberlangsungan industri mebel Jepara dan para perajinnya.
Ia menjelaskan, dalam rangka diseminasi dan berbagi informasi tentang hasil-hasil penelitian rantai nilai mebel Jepara, pihaknya mengundang jurnalis untuk turut serta dalam kegiatan "selusur jejak" bersama dan peluncuran buku di Jepara, tanggal 11-13 Juli 2012.
Dalam program itu, peserta akan mengunjungi sejumlah sentra mebel Jepara, di antaranya kawasan Tahunan yang terletak di jalan utama sepanjang 6 km, yang terdapat "show room" mebel.
Selain itu, juga ke Senenan yang merupakan sentra relief, di mana terdapat puluhan perajin yang mengerjakan relief.
Kemudian, kawasan Mulyoharjo, yang ditetapkan pemerintah daerah setempat sebagai sentra kerajinan dan patung.
Menurut dia, media massa sebagai salah satu sumber informasi bagi masyarakat memegang peranan penting untuk memajukan geliat perekonomian industri industri mebel di Jepara.
"Sehingga amatlah penting bagi industri Jepara untuk mendapatkan perhatian dari media, dengan memberitakan tentang segala aspek industri mebel di media," katanya.
Laporan media itu, kata dia, seperti berita tentang perjuangan para pelaku lokal yang bertahan dan berjuang mengembangkan bisnis.
"Termasuk telah dibuatnya peta panduan wisata belanja mebel yang memungkinkan wisatawan berinteraksi langsung dengan para pengrajin kecil dan berbelanja di sentra-sentra kerajinan," katanya.
Dikemukakannya bahwa potensi lain yang tidak kalah penting adalah pariwisata.
"Jepara cukup popular sebagai tujuan wisata, namun kebanyakan pengunjung belum menjadikan Jepara sebagai kota pusat belanja mebel. Hal ini tentu disayangkan mengingat besarnya potensi penjualan yang
dapat diraih," katanya.
Pelangi di Tanah Kartini
Herry Purnomo yang juga pengajar di Institut Pertanian Bogor (IPB) itu menjelaskan, dalam rangkaian program tersebut, juga akan diluncurkan buku bertajuk "Pelangi di Tanah Kartini".
Jepara, dikenal sebagai tempat kelahiran salah satu tokoh gerakan perempuan Raden Ajeng Kartini.
Penerbitan publikasi itu, kata dia, merupakan inisiatif dari para pelaku lokal industri mebel di Jepara untuk menggiatkan roda kegiatan permebelan di daerah itu.
Buku tersebut, katanya, diterbitkan sebagai sekuel dari buku dengan tema serupa berjudul "Menunggang Badai", yang telah terbit tahun 2011.
Dalam buku kedua, pembaca diajak untuk mengikuti kisah para pelaku lokal mebel Jepara yang berkutat, berjuang, dan bertahan dalam industri mebel.
(A035)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012