Bogor (ANTARA Kalbar) - Dirjen Pusat Penelitian Kehutanan Antarbangsa (CIFOR) yang baru terpilih, Dr Peter Holmgren dinilai memiliki pandangan unik terkait berlimpahnya manfaat yang disediakan hutan.
Pandangan atas Peter Holmgren itu, kata "Outreach Manager" CIFOR Daniel Cooney, di Bogor, Jawa Barat, Senin, disampaikan Ketua Dewan CIFOR M Hosny El-Lakany.
Menurut M Hosny El-Lakany, pandangan Peter itu menyebutkan bahwa daerah-daerah berhutan merupakan landasan sosial, ekonomi dan lingkungan untuk jutaan penduduk yang bergantung pada hutan.
"Yakni, dengan banyaknya keanekaragaman jasa lingkungan yang disediakan," katanya.
Disebutkan bahwa total wilayah hutan dunia adalah sekitar empat miliar hektare, yang mewakili hampir 30 persen dari daratan.
Lebih dari separuh hutan tersebut, kata dia berada di daerah tropis.
Studi wilayah global selama tujuh tahun yang dilakukan CIFOR memperlihatkan bahwa pendapatan dari hutan berkontribusi pada rata-rata lebih dari seperlima pendapatan total rumah tangga bagi penduduk yang tinggal di dalam atau di dekat hutan, sehingga untuk pertama kalinya peran penting lingkungan dalam pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan terbukti.
Besarnya "pendapatan lingkungan", dari hutan, perburuan, tanaman dan berbagai sumber daya lain yang dipanen dari alam, katanya, sampai sekarang masih belum tercatat dengan baik, dan masih kurang jelas bagi sebagian besar pembuat kebijakan.
Namun demikian, dengan terbuktinya nilai pendapatan ini, dapat memperjelas ancaman yang terkait erat dengan deforestasi.
Dikemukakan pula bahwa Kehilangan bersih hutan global diperkirakan sebesar 7,3 juta hektare per tahun untuk periode 2000-2005, menurut divisi FAO yang pernah dipimpin oleh Holmgren.
Walaupun laju ini telah lumayan menurun, yakni sekitar 16 juta hektare hutan telah hilang setiap tahun pada tahun 1990-an, hilangnya hutan dunia yang terus-menerus ini mengikis usaha untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, mengentaskan kemiskinan dan mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Untuk laju deforestasi tertinggi saat ini terjadi di Amerika Selatan, yaitu sebesar 4,3 juta hektare hutan per tahun, diikuti oleh sub-Sahara Afrika dengan laju sekitar 4 juta hektare per tahun.
"Saat ini berlaku penelitian berbasiskan bukti di mana sains dan pengetahuan mendukung pembuatan kebijakan, yang dimulai dari bidang medis dan semakin meningkat di sektor lain," kata Holmgren.
Ia menambahkan, berbagai hasil penelitian kehutanan dan pertanian tingkat global dapat menyediakan jasa penting bagi para pembuat keputusan pada tingkat lokal, nasional maupun global.
Namun pengetahuan yang dihasilkan oleh para peneliti perlu membidik dan merespon sejumlah pertanyaan kebijakan yang ada, katanya.
Kinerja yang baik
Sementara itu, M Hosny El-Lakany juga menyampaikan bahwa Dirjen CIFOR sebelumnya Frances Seymour, yang mengundurkan diri akhir November 2011 setelah memimpin sejak 2006 juga telah menunjukkan
kinerja yang baik.
Ia mengatakan Seymour telah berperan sangat penting untuk meningkatkan standar dan visibilitas kerja organisasi dan dampaknya terhadap kebijakan terkait hutan di dunia.
Holmgren, Dirjen CIFOR yang baru itu adalah doktor dalam bidang kehutanan dari Swedish University of Agricultural Sciences.
Posisi ahli kehutanan, perubahan iklim dan ketahanan pangan itu sebelumnya adalah di Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), di mana ia menjabat Direktur Divisi "Climate, Energy and Tenure".
Ia bergabung dengan FAO pada tahun 1998 untuk memimpin "Global Forest Resources Assessment" yang mendokumentasikan kondisi sumber daya hutan global, pengelolaan serta pemanfaatannya.
Pada kisaran tahun 2003 dan 2007, ia memimpin bagian pengembangan sumber daya hutan di FAO.
Sejak tahun 2007, ia memimpin Divisi "Climate, Energy and Tenure" di FAO, mengembangkan profil dan koordinasi dari berbagai proyek FAO terkait perubahan iklim dan kontribusinya terhadap proses UNFCCC.
Ia juga memimpin dalam pembentukan program UN-REDD.
Menurut Daniel Cooney, baru-baru ini, Holmgren bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan persiapan-persiapan FAO menuju Rio+20 atau isu konservasi hutan dan pembangunan berkelanjutan menjelang
Konferensi PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan
Di bawah kepemimpinannya di FAO, berkembang konsep pertanian yang bersahabat dengan iklim yang memastikan bahwa produktivitas pertanian, ketahanan dan mitigasi perubahan iklim ditindaklanjuti
secara bersamaan di semua tingkat.
CIFOR yang berkantor pusat di Bogor, Indonesia, program penelitian globalnya meliputi wilayah Asia, Afrika, Amerika Latin.
(A035)