Jakarta (ANTARA Kalbar) - Hasil akhir "quick count" atau penghitungan cepat Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017 versi Jaringan Suara Indonesia (JSI) memastikan Pilkada DKI akan berlangsung putaran kedua.
Hal ini didasarkan para rekap akhir perolehan suara masing-masing calon gubernur dan wakil gubernur, tidak ada pasangan yang menembus 50 persen lebih.
"Selamat pada dua kandidat yang akan bertarung pada putaran kedua antara pasangan nomor satu dan pasangan nomor tiga, keduanya akan melenggang di putaran kedua," kata Wakil Direktur Eksekutif JSI Fajar S Tamin dalam konferensi pers "quick count" Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernue DKI di Bundaran HI, Jakarta, Rabu.
Perolehan hitung cepat JSI memastikan Jokowi-Ahok unggul dalam Pilkada DKI putaran pertama dengan perolehan suara 41,97 persen (48.413 suara).
Sedangkan calon gubernur "incumbent" Foke-Nara meraup suara 34,42 persen (39.703 suara), kemudian disusul HNW-Didik dengan 11,4 persen (13.148), Alex Noerdin-Nono Sampono 5,16 persen (5.854), Faisal-Biem 5,16 persen (5.949) dan Hendardji-Riza Patria memperoleh 1,88 persen (2.173).
JSI juga mencatat tingkat partisipasi pemilih hanya 62,07 persen dari total sampel suara 115.340 suara.
Metodelogi "quick count" JSI ini dilakukan menerapkan teknik multistage random sampling dan margin error ± 1 persen, sampel 400 TPS dari jumlah populasi resmi 15.059 TPS dan 6.962.348 pemilih.
Distribusi sampel "quick count" JSI ini mengambil sampel di masing-masing wilayah, yaitu Kota Jakarta Barat dengan sampel 88 TPS, Jakarta Pusat 45 TPS, Jakarta Selatan 86 TPS, Jakarta Timur 111 TPS, Jakarta Utara 69 TPS dan Kepulauan Seribu 1 TPS.
Perolehan suara pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jokowi-Ahok versi "quick count" JSI melejit mengalahkan perolehan suara pasangan Fauzi Bowo-Nara.
Hasil ini berbeda signifikan dari hasil survei terakhir JSI sebelum masa jeda, yang menempatkan Jokowi di bawah Fauzi Bowo.
"Hampir semua lembaga survei memprediksi hasil yang sama, tapi dinamika yang cepat berkembang, faktor personal juga menentukan," kata Fajar S Tamin,
Perbedaan hasil survei terakhir dengan hasil hitung cepat, menurut Fajar, juga karena faktor keterbatasan survei.
"Karena kita jeda 9 hari. Terus asumsi survei 90 persen pemilih datang ke TPS, tapi ternyata partisipasi pemilih 62,07 persen, jadi kita tidak bisa deteksi pemilih kemana saja," tuturnya.
Asumsi banyaknya pilihan calon yang diharapkan mampu mendongkrak partisipasi pemilih, menurut JSI, ternyata tidak terbukti karena tingkat partisipasi pemilih tidak jauh berbeda dengan Pilkada 2007 dengan 61,5 persen. "Padahal jumlah pemilih naik dibandingkan lima tahun lalu," ungkapnya.
Fajar menegaskan, sisi personal dari calon gubernur dan wakil gubernur cenderung menentukan ketimbang dari citra partai.
"Keterlibatan tokoh nasional punya pengaruh tapi sisi personal paling berpengaruh," tegasnya.
Ia mengatakan bahwa peran media dalam konteks ini sangat besar, mulai dari mengolah isu partai juga saat ini sedang bergulir sampai pembangunan sisi personal calon.
"Sebelum masuk Jakarta, popularitas Jokowi di bawah 50 persen, tapi setelah masuk, tiap hari dia masuk media, ini membuatnya melejit," kata Eka Kusmayadi, Research Director JSI.
(PSO-306)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
Hal ini didasarkan para rekap akhir perolehan suara masing-masing calon gubernur dan wakil gubernur, tidak ada pasangan yang menembus 50 persen lebih.
"Selamat pada dua kandidat yang akan bertarung pada putaran kedua antara pasangan nomor satu dan pasangan nomor tiga, keduanya akan melenggang di putaran kedua," kata Wakil Direktur Eksekutif JSI Fajar S Tamin dalam konferensi pers "quick count" Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernue DKI di Bundaran HI, Jakarta, Rabu.
Perolehan hitung cepat JSI memastikan Jokowi-Ahok unggul dalam Pilkada DKI putaran pertama dengan perolehan suara 41,97 persen (48.413 suara).
Sedangkan calon gubernur "incumbent" Foke-Nara meraup suara 34,42 persen (39.703 suara), kemudian disusul HNW-Didik dengan 11,4 persen (13.148), Alex Noerdin-Nono Sampono 5,16 persen (5.854), Faisal-Biem 5,16 persen (5.949) dan Hendardji-Riza Patria memperoleh 1,88 persen (2.173).
JSI juga mencatat tingkat partisipasi pemilih hanya 62,07 persen dari total sampel suara 115.340 suara.
Metodelogi "quick count" JSI ini dilakukan menerapkan teknik multistage random sampling dan margin error ± 1 persen, sampel 400 TPS dari jumlah populasi resmi 15.059 TPS dan 6.962.348 pemilih.
Distribusi sampel "quick count" JSI ini mengambil sampel di masing-masing wilayah, yaitu Kota Jakarta Barat dengan sampel 88 TPS, Jakarta Pusat 45 TPS, Jakarta Selatan 86 TPS, Jakarta Timur 111 TPS, Jakarta Utara 69 TPS dan Kepulauan Seribu 1 TPS.
Perolehan suara pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jokowi-Ahok versi "quick count" JSI melejit mengalahkan perolehan suara pasangan Fauzi Bowo-Nara.
Hasil ini berbeda signifikan dari hasil survei terakhir JSI sebelum masa jeda, yang menempatkan Jokowi di bawah Fauzi Bowo.
"Hampir semua lembaga survei memprediksi hasil yang sama, tapi dinamika yang cepat berkembang, faktor personal juga menentukan," kata Fajar S Tamin,
Perbedaan hasil survei terakhir dengan hasil hitung cepat, menurut Fajar, juga karena faktor keterbatasan survei.
"Karena kita jeda 9 hari. Terus asumsi survei 90 persen pemilih datang ke TPS, tapi ternyata partisipasi pemilih 62,07 persen, jadi kita tidak bisa deteksi pemilih kemana saja," tuturnya.
Asumsi banyaknya pilihan calon yang diharapkan mampu mendongkrak partisipasi pemilih, menurut JSI, ternyata tidak terbukti karena tingkat partisipasi pemilih tidak jauh berbeda dengan Pilkada 2007 dengan 61,5 persen. "Padahal jumlah pemilih naik dibandingkan lima tahun lalu," ungkapnya.
Fajar menegaskan, sisi personal dari calon gubernur dan wakil gubernur cenderung menentukan ketimbang dari citra partai.
"Keterlibatan tokoh nasional punya pengaruh tapi sisi personal paling berpengaruh," tegasnya.
Ia mengatakan bahwa peran media dalam konteks ini sangat besar, mulai dari mengolah isu partai juga saat ini sedang bergulir sampai pembangunan sisi personal calon.
"Sebelum masuk Jakarta, popularitas Jokowi di bawah 50 persen, tapi setelah masuk, tiap hari dia masuk media, ini membuatnya melejit," kata Eka Kusmayadi, Research Director JSI.
(PSO-306)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012