Pontianak (ANTARA Kalbar) - Kenaikan harga barang kebutuhan pokok yang kerap terjadi menjelang hari besar keagamaan di Kota Pontianak dan sekitarnya karena adanya permainan pasar produsen mencari keuntungan, kata Kepala Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Barat, Hilman Tisnawan.
"Memang untuk persentase kenaikannya kita masih belum memiliki data yang lengkap, namun kalau untuk sebab kenaikan barang, kita bisa memastikan demikian," kata Hilman Tisnawan di Pontianak, Rabu.
Menurutnya, permainan pasar yang dilakukan oleh produsen dan pedagang juga dipengaruhi faktor psikologis masyarakat yang selalu khawatir harga barang-barang akan naik atau stok barang yang tidak mencukupi saat perayaan atau hari besar keagamaan.
Hal itu yang dimanfaatkan pedagang untuk menaikkan harga barang yang mereka jual kepada konsumen. Makanya, paradigma ini yang harus kita ubah, agar masyarakat tidak dirugikan.
"Kita sudah melakukan survei ke lapangan melalui tim yang kita bentuk, dimana tim ini melakukan peninjauan langsung ke pusat-pusat pengadaan barang kebutuhan pokok dan tim tersebut menemukan tidak ada kendala terhadap kebutuhan barang tersebut. Artinya stok barang aman untuk Ramadhan dan Lebaran," tuturnya.
Hanya saja, kembali kepada rasa kekhawatiran masyarakat atas ketersediaan barang seperti telur, gula dan tepung, mengakibatkan naiknya harga barang-barang tersebut.
Karena para pedagang dan produsen mengetahui, akibat kebutuhan masyarakat yang besar atas barang kebutuhan pokok, mengakibatkan masyarakat siap membayar berapapun harganya.
"Dan ini yang dimanfaatkan oleh pedagang untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya, meski pasokan barang sangat memenuhi kebutuhan masyarakat," kata Hilman.
Dia juga mengatakan, akibat harga kebutuhan pokok yang mulai merangkak naik saat ini, pihaknya memprediksikan akan terjadi kenaikan inflasi pada bulan Juli ini.
"Jika pada bulan Juni lalu angka inflasi Kalbar mencapai 6,99 persen, diprediksikan bulan Juli ini akan terjadi kenaikan sebesar satu persen. Dimana inflasi tersebut disebabkan oleh kelompok bahan makanan dan transportasi," kata Hilman.
(pso-171)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
"Memang untuk persentase kenaikannya kita masih belum memiliki data yang lengkap, namun kalau untuk sebab kenaikan barang, kita bisa memastikan demikian," kata Hilman Tisnawan di Pontianak, Rabu.
Menurutnya, permainan pasar yang dilakukan oleh produsen dan pedagang juga dipengaruhi faktor psikologis masyarakat yang selalu khawatir harga barang-barang akan naik atau stok barang yang tidak mencukupi saat perayaan atau hari besar keagamaan.
Hal itu yang dimanfaatkan pedagang untuk menaikkan harga barang yang mereka jual kepada konsumen. Makanya, paradigma ini yang harus kita ubah, agar masyarakat tidak dirugikan.
"Kita sudah melakukan survei ke lapangan melalui tim yang kita bentuk, dimana tim ini melakukan peninjauan langsung ke pusat-pusat pengadaan barang kebutuhan pokok dan tim tersebut menemukan tidak ada kendala terhadap kebutuhan barang tersebut. Artinya stok barang aman untuk Ramadhan dan Lebaran," tuturnya.
Hanya saja, kembali kepada rasa kekhawatiran masyarakat atas ketersediaan barang seperti telur, gula dan tepung, mengakibatkan naiknya harga barang-barang tersebut.
Karena para pedagang dan produsen mengetahui, akibat kebutuhan masyarakat yang besar atas barang kebutuhan pokok, mengakibatkan masyarakat siap membayar berapapun harganya.
"Dan ini yang dimanfaatkan oleh pedagang untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya, meski pasokan barang sangat memenuhi kebutuhan masyarakat," kata Hilman.
Dia juga mengatakan, akibat harga kebutuhan pokok yang mulai merangkak naik saat ini, pihaknya memprediksikan akan terjadi kenaikan inflasi pada bulan Juli ini.
"Jika pada bulan Juni lalu angka inflasi Kalbar mencapai 6,99 persen, diprediksikan bulan Juli ini akan terjadi kenaikan sebesar satu persen. Dimana inflasi tersebut disebabkan oleh kelompok bahan makanan dan transportasi," kata Hilman.
(pso-171)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012