Kupang (ANTARA Kalbar) - Sejarah Perayaan Natal Kristus yang dirayakan umat Kristiani setiap tahun berawal dari Gereja Barat yaitu Gereja Katolik Roma dan gereja-gereja Protestan pada 25 Desember 336 pasca pemisahan Natal dari perayaan Epifania antara tahun 325 dan 354.
"Pemisahan itu terjadi karena perkembangan dogmatis tentang Kristologi pada abad ke-4," kata Pdt Yuda D Hawu Haba, M.Th dalam pandangannya akan sisi historis Natal yang dirayakan dari tahun ke tahun, di Kupang, Selasa.
Menurut dia, berbagai spekulasi tentang Tanggal Natal Kristus berdasarkan sumber tertentu, Natal Kristus terjadi antara tahun 7-4 SM atau mungkin tahun 6 (Enam)SM.
Lalu kapan tanggal Natal Kristus? Hingga kini tak seorang pun yang tahu secara pasti tanggal Natal Kristus.
"Dalam tradisi kafir di wilayah kekaisaran Romawi terdapat perayaan istimewa untuk menghormati dewa matahari, selaku matahari yang tak terkalahkan (sol invictus), karena pada tanggal 25 Desember ia berada pada satu kedudukan yang menyebabkan (waktu) siang lebih panjang dari malam.
Karena itu, Kaisar Konstantinus Agung yang meminta rakyatnya menggabungkan ibadah kepada dewa matahari dengan ibadah kepada Kristus.
Gereja pun mulai menentukan sikapnya dimana Ambrosius, Uskup Milano antara 330-397, dalam khotbanya dengan tegas menyatakan bahwa Kristus adalah matahari itu, Matahari Baru itu.
Demikian pula Agustinus dari Afrika Utara, sekitar 354 - 430, dengan lantang menyatakan bahwa, pada tanggal tersebut, orang jangan beribadah kepada matahari, melainkan kepada Kristus yang menciptakan matahari itu.
Bahkan, Paus Leo Agung (meninggal 461) mencemooh orang yang merayakan natal selaku hari kelahiran dewa matahari sebagai ganti kelahiran Kristus.
Pemisahan tadi, (pemisahan Natal dari perayaan Epifania antara tahun 325 dan 354) dianjurkan kepada jemaat-jemaat di lingkungan Gereja Timur untuk merayakan natal Kristus pada tanggal 25 Desember.
Namun Jemaat di Syria cenderung melawan ajaran tersebut. Dan dikemudian hari, ternyata perayaan itu mulai tersebar ke Antiokhia sekitar tahun 375 dimana Johanes Chrysostomus (347 - 407) menganjurkan para pendengarnya agar menghadiri perayaan Natal Kristus pada tanggal 25 Desember, yang disebutnya sebagai "ibu dari segala perayaan".
Selajutnya, tanggal dan bulan tadi diterima di Konstantinopel pada tahun 379, di Mesir pada tahun 431 hanya jemaat di Amerika yang merayakan natal Kristus pada tanggal 5 Januari.
"Hampir semua jemaat di sekitar Laut Tengah telah merayakan Natal pada tanggal 25 Desember. Tradisi ini akhirnya hidup di dalam gereja-gereja di Indonesia khususnya dan dalam komunitas Kristen umumnya," katanya.
(pso-084)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
"Pemisahan itu terjadi karena perkembangan dogmatis tentang Kristologi pada abad ke-4," kata Pdt Yuda D Hawu Haba, M.Th dalam pandangannya akan sisi historis Natal yang dirayakan dari tahun ke tahun, di Kupang, Selasa.
Menurut dia, berbagai spekulasi tentang Tanggal Natal Kristus berdasarkan sumber tertentu, Natal Kristus terjadi antara tahun 7-4 SM atau mungkin tahun 6 (Enam)SM.
Lalu kapan tanggal Natal Kristus? Hingga kini tak seorang pun yang tahu secara pasti tanggal Natal Kristus.
"Dalam tradisi kafir di wilayah kekaisaran Romawi terdapat perayaan istimewa untuk menghormati dewa matahari, selaku matahari yang tak terkalahkan (sol invictus), karena pada tanggal 25 Desember ia berada pada satu kedudukan yang menyebabkan (waktu) siang lebih panjang dari malam.
Karena itu, Kaisar Konstantinus Agung yang meminta rakyatnya menggabungkan ibadah kepada dewa matahari dengan ibadah kepada Kristus.
Gereja pun mulai menentukan sikapnya dimana Ambrosius, Uskup Milano antara 330-397, dalam khotbanya dengan tegas menyatakan bahwa Kristus adalah matahari itu, Matahari Baru itu.
Demikian pula Agustinus dari Afrika Utara, sekitar 354 - 430, dengan lantang menyatakan bahwa, pada tanggal tersebut, orang jangan beribadah kepada matahari, melainkan kepada Kristus yang menciptakan matahari itu.
Bahkan, Paus Leo Agung (meninggal 461) mencemooh orang yang merayakan natal selaku hari kelahiran dewa matahari sebagai ganti kelahiran Kristus.
Pemisahan tadi, (pemisahan Natal dari perayaan Epifania antara tahun 325 dan 354) dianjurkan kepada jemaat-jemaat di lingkungan Gereja Timur untuk merayakan natal Kristus pada tanggal 25 Desember.
Namun Jemaat di Syria cenderung melawan ajaran tersebut. Dan dikemudian hari, ternyata perayaan itu mulai tersebar ke Antiokhia sekitar tahun 375 dimana Johanes Chrysostomus (347 - 407) menganjurkan para pendengarnya agar menghadiri perayaan Natal Kristus pada tanggal 25 Desember, yang disebutnya sebagai "ibu dari segala perayaan".
Selajutnya, tanggal dan bulan tadi diterima di Konstantinopel pada tahun 379, di Mesir pada tahun 431 hanya jemaat di Amerika yang merayakan natal Kristus pada tanggal 5 Januari.
"Hampir semua jemaat di sekitar Laut Tengah telah merayakan Natal pada tanggal 25 Desember. Tradisi ini akhirnya hidup di dalam gereja-gereja di Indonesia khususnya dan dalam komunitas Kristen umumnya," katanya.
(pso-084)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012