Pontianak (ANTARA Kalbar) - International Finance Corporation (IFC) menindaklanjuti perjanjian kerja sama yang ditandatangani pada Agustus 2012 yakni membantu mengevaluasi penyerapan karbon dari dua perusahaan hutan tanaman di Kalimantan Barat.
IFC juga mendorong kedua perusahaan itu dalam mengadopsi praktik-praktik pengelolaan hutan yang berkelanjutan terutama yang terkait dengan konservasi keanekaragaman hayati, demikian siara pers IFC Indonesia yang diterima ANTARA Pontianak, Kamis.
Kedua perusahaan tersebut, PT Mayangkara Tanaman Industri dan PT Wana Subur Lestari. Kedua perusahaan ini milik Sumitomo Forestry Co., Ltd. dari Jepang dan Alas Kusuma Group dari Indonesia.
IFC juga memberikan pendampingan teknis bagi kedua perusahaan itu dalam pengelolaan hutan secara berkelanjutan.
Pendampingan itu tentang tata kelola hutan tanaman secara berkelanjutan untuk membantu meningkatkan produktivitas lahan, mengurangi emisi gas karbon sebanyak kira-kira 8 juta ton per tahun di tahun 2018 dan menciptakan lapangan pekerjaan di wilayah pedesaan.
"Kami memahami pentingnya menerapkan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan dalam strategi bisnis kami," ujar Jacub Husin, Presiden Direktur PT Mayangkara Tanaman Industri dan PT Wana Subur Lestari.
Menurut dia, kemitraan dengan IFC mendukung pihaknya dalam menyeimbangkan keuntungan ekonomi dengan tata kelola kehutanan yang berkelanjutan, dan memberikan kontribusi pada pengembangan masyarakat lokal.
Kawasan hutan alam di Indonesia telah mengalami penurunan yang cukup signifikan yang berkontribusi negatif terhadap perubahan iklim dan upaya-upaya pengelolaan hutan yang berkelanjutan.
Indonesia merupakan salah satu penghasil emisi rumah kaca (GRK) terbesar di dunia dengan hampir 85 persen dari emisi tersebut berasal dari kerusakan hutan dan perubahan penggunaan lahan.
Di samping itu, Indonesia memiliki sekitar 50 juta hektare lahan yang terdegradasi dengan tingkat keanekaragaman hayati dan cadangan karbon yang rendah. Cadangan karbon ini merujuk pada jumlah kandungan karbon di suatu areal hutan pada jangka waktu tertentu berdasarkan kemampuan untuk menyerap dan menyimpan karbon dioksida.
Menurut IFC Indonesia Country Manager, Sarvesh Suri, kerja sama dengan PT Mayangkara Tanaman Industri dan PT Wana Subur Lestari merupakan bagian dari program kehutanan yang berkelanjutan dari IFC di Indonesia.
Program tata kelola kehutanan yang berkelanjutan yang dijalankan oleh IFC diluncurkan empat tahun yang lalu dan bertujuan untuk membantu perusahaan kehutanan membangun hutan tanaman yang berkelanjutan di lahan-lahan yang terdegradasi.
"Mengurangi dampak perubahan iklim merupakan salah satu wilayah fokus IFC di Indonesia," ujarnya.
Ia menambahkan kemitraan IFC dengan kedua perusahaan dalam mengembangkan hutan tanaman yang berkelanjutan di lahan-lahan terdegradasi memiliki beberapa keuntungan, yaitu mengurangi emisi GRK, mengembalikan produktivitas lahan, dan menciptakan lapangan pekerjaan di wilayah pedesaan.
IFC Advisory Services di Indonesia didukung oleh pemerintah Australia, Kanada, Finlandia, Belanda, Selandia Baru dan Swiss. IFC anggota dari Kelompok Bank Dunia. IFC merupakan institusi pembangunan global terbesar yang berfokus sepenuhnya pada sektor swasta.
(A057)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
IFC juga mendorong kedua perusahaan itu dalam mengadopsi praktik-praktik pengelolaan hutan yang berkelanjutan terutama yang terkait dengan konservasi keanekaragaman hayati, demikian siara pers IFC Indonesia yang diterima ANTARA Pontianak, Kamis.
Kedua perusahaan tersebut, PT Mayangkara Tanaman Industri dan PT Wana Subur Lestari. Kedua perusahaan ini milik Sumitomo Forestry Co., Ltd. dari Jepang dan Alas Kusuma Group dari Indonesia.
IFC juga memberikan pendampingan teknis bagi kedua perusahaan itu dalam pengelolaan hutan secara berkelanjutan.
Pendampingan itu tentang tata kelola hutan tanaman secara berkelanjutan untuk membantu meningkatkan produktivitas lahan, mengurangi emisi gas karbon sebanyak kira-kira 8 juta ton per tahun di tahun 2018 dan menciptakan lapangan pekerjaan di wilayah pedesaan.
"Kami memahami pentingnya menerapkan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan dalam strategi bisnis kami," ujar Jacub Husin, Presiden Direktur PT Mayangkara Tanaman Industri dan PT Wana Subur Lestari.
Menurut dia, kemitraan dengan IFC mendukung pihaknya dalam menyeimbangkan keuntungan ekonomi dengan tata kelola kehutanan yang berkelanjutan, dan memberikan kontribusi pada pengembangan masyarakat lokal.
Kawasan hutan alam di Indonesia telah mengalami penurunan yang cukup signifikan yang berkontribusi negatif terhadap perubahan iklim dan upaya-upaya pengelolaan hutan yang berkelanjutan.
Indonesia merupakan salah satu penghasil emisi rumah kaca (GRK) terbesar di dunia dengan hampir 85 persen dari emisi tersebut berasal dari kerusakan hutan dan perubahan penggunaan lahan.
Di samping itu, Indonesia memiliki sekitar 50 juta hektare lahan yang terdegradasi dengan tingkat keanekaragaman hayati dan cadangan karbon yang rendah. Cadangan karbon ini merujuk pada jumlah kandungan karbon di suatu areal hutan pada jangka waktu tertentu berdasarkan kemampuan untuk menyerap dan menyimpan karbon dioksida.
Menurut IFC Indonesia Country Manager, Sarvesh Suri, kerja sama dengan PT Mayangkara Tanaman Industri dan PT Wana Subur Lestari merupakan bagian dari program kehutanan yang berkelanjutan dari IFC di Indonesia.
Program tata kelola kehutanan yang berkelanjutan yang dijalankan oleh IFC diluncurkan empat tahun yang lalu dan bertujuan untuk membantu perusahaan kehutanan membangun hutan tanaman yang berkelanjutan di lahan-lahan yang terdegradasi.
"Mengurangi dampak perubahan iklim merupakan salah satu wilayah fokus IFC di Indonesia," ujarnya.
Ia menambahkan kemitraan IFC dengan kedua perusahaan dalam mengembangkan hutan tanaman yang berkelanjutan di lahan-lahan terdegradasi memiliki beberapa keuntungan, yaitu mengurangi emisi GRK, mengembalikan produktivitas lahan, dan menciptakan lapangan pekerjaan di wilayah pedesaan.
IFC Advisory Services di Indonesia didukung oleh pemerintah Australia, Kanada, Finlandia, Belanda, Selandia Baru dan Swiss. IFC anggota dari Kelompok Bank Dunia. IFC merupakan institusi pembangunan global terbesar yang berfokus sepenuhnya pada sektor swasta.
(A057)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013