Yogyakarta (Antara Kalbar) - Banyak fosil Indonesia dipelajari oleh bangsa lain, karena peneliti di negeri ini yang mempelajari masalah paleoantropologi masih sedikit, kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Prof Etty Indriati PhD.
"Oleh karena itu, untuk menumbuhkan minat belajar tentang paleoantropologi, perlu dibuat tulisan yang lebih populer, di antaranya dalam bentuk komik," katanya di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia saat mengenalkan komik karyanya berjudul Warisan Budaya dan Manusia Purba Indonesia Sangiran, Indonesia kaya dengan keragaman budaya dan peninggalan benda-benda purbakala.
Namun, kata dia, pengetahuan budaya dan purbakala itu lebih banyak diajarkan di dalam kelas. Belum banyak yang menuangkannya dalam bentuk buku cerita termasuk komik.
"Buku cerita termasuk komik cocok untuk siswa sekolah dasar (SD) hingga mahasiswa, khususnya mahasiswa arkeologi yang meneliti hewan maupun tumbuhan yang hidup ratusan juta tahun lalu," katanya.
Ia mengatakan dari komik tentang manusia purba tersebut diharapkan minat anak-anak untuk belajar di museum khususnya tentang peninggalan purbakala bisa tumbuh sejak dini.
"Orang tua diharapkan mendorong dan mendukung anak-anak untuk belajar di museum. Hal itu penting karena orang tua memiliki peran yang besar agar anak-anak memiliki minat untuk belajar di museum," katanya.
Menurut dia komik karyanya berjudul Warisan Budaya dan Manusia Purba Indonesia Sangiran setebal 48 halaman itu diterbitkan dalam dua bahasa, yakni Bahasa Indonesia dan Inggris. Komik itu menyajikan banyak ulasan dan penelitian tentang fosil manusia purba di Sangiran.
"Ide awalnya sebenarnya dari banyak pertanyaan anak saya yang waktu itu masih berumur dua tahun. Dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul waktu itu kemudian saya tuangkan dalam bentuk komik," kata pakar antropologi forensik itu.
(Ant News/B015/M008)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Oleh karena itu, untuk menumbuhkan minat belajar tentang paleoantropologi, perlu dibuat tulisan yang lebih populer, di antaranya dalam bentuk komik," katanya di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia saat mengenalkan komik karyanya berjudul Warisan Budaya dan Manusia Purba Indonesia Sangiran, Indonesia kaya dengan keragaman budaya dan peninggalan benda-benda purbakala.
Namun, kata dia, pengetahuan budaya dan purbakala itu lebih banyak diajarkan di dalam kelas. Belum banyak yang menuangkannya dalam bentuk buku cerita termasuk komik.
"Buku cerita termasuk komik cocok untuk siswa sekolah dasar (SD) hingga mahasiswa, khususnya mahasiswa arkeologi yang meneliti hewan maupun tumbuhan yang hidup ratusan juta tahun lalu," katanya.
Ia mengatakan dari komik tentang manusia purba tersebut diharapkan minat anak-anak untuk belajar di museum khususnya tentang peninggalan purbakala bisa tumbuh sejak dini.
"Orang tua diharapkan mendorong dan mendukung anak-anak untuk belajar di museum. Hal itu penting karena orang tua memiliki peran yang besar agar anak-anak memiliki minat untuk belajar di museum," katanya.
Menurut dia komik karyanya berjudul Warisan Budaya dan Manusia Purba Indonesia Sangiran setebal 48 halaman itu diterbitkan dalam dua bahasa, yakni Bahasa Indonesia dan Inggris. Komik itu menyajikan banyak ulasan dan penelitian tentang fosil manusia purba di Sangiran.
"Ide awalnya sebenarnya dari banyak pertanyaan anak saya yang waktu itu masih berumur dua tahun. Dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul waktu itu kemudian saya tuangkan dalam bentuk komik," kata pakar antropologi forensik itu.
(Ant News/B015/M008)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013