Manado (Antara Kalbar) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap pers memberitakan kondisi dan situasi yang terjadi kini secara seimbang, baik itu capaian yang telah diperoleh pemerintah, maupun kekurangan yang masih dirasakan.

Hal ini dikatakan Presiden saat memberikan sambutan pada puncak peringatan Hari Pers Nasional ke-27 di Manado, Senin.

"Mari kita tampilkan sesuatu yang seimbang, ada yang baik, ada yang buruk, ada yang plus, ada yang minus, ada yang sudah kita capai ada yang belum kita capai. Juga cermin bagi bangsa kita 'to do more', 'to do better', berbuat yang lebih keras lagi dengan melihat cermin yang objektif seperti itu," kata Presiden.

Menurut Presiden, pers memiliki kewajiban moral untuk mengkritisi dan mengoreksi jalannya negara serta pemerintahan, termasuk semua lembaga negara beserta pejabatnya.

Presiden juga mengakui masih ada hal-hal yang belum tercapai, seperti masih banyaknya korupsi, masih kurang responsifnya penanganan keamanan dalam konflik horizontal yang terjadi maupun pemberian izin di tingkat daerah yang bermasalah dan tumpang tindih.

"Semuanya itu saya dengar, saya berharap semua lembaga beserta pejabatanya juga mendengarkan menyimak dan dijadikannya masukan untuk perbaikan di dalam mengelola kehidupan bernegara, menjalankan roda pemerintahan di seluruh Indonesia, silakan kritik secara objektif," kata Presiden.

Namun demikian, menurut Presiden pers juga memiliki peran untuk membangun optimisme dan keyakinan bangsa bahwa di tengah masih banyaknya kekurangan dan ketidakberhasilan, tidak sedikit pula keberhasilan yang dicapai sejak mengalami krisis 15 tahun yang lalu.

Keberhasilan yang dicapai tersebut telah diapresiasi, bahkan oleh pers luar negeri dan masyarakat internasional, namun seringkali justru digambarkan sebaliknya oleh pers di dalam negeri.  
   
Misalnya, keberhasilan dalam melaksanakan pembangunan yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi di atas enam persen di tengah ekonomi global yang tidak menentu dan melambat.

Pertumbuhan Indonesia bahkan merupakan tertinggi nomer dua setelah China. Prestasi ini diapresiasi oleh banyak pihak baik pers di luar negeri maupun masyarakat internasional lainnya. Namun demikian, seringkali perekonomian digambarkan sebaliknya oleh pers sendiri.

"Dalam keadaan dan capaian seperti itu, tentu rakyat bertanya kalau ekonomi kita dikabarkan jalan ditempat, tidak tumbuh baik, atau bahkan mundur," katanya.

Selain itu, menurut dia, reformasi dan transisi demokrasi yang terus tumbuh dan semakin kuat pascakrisis 1998 seringkali digambarkan sebaliknya.

Padahal menurut Presiden, banyak pihak yang memuji dan menimba pengalaman dalam melaksanakan transisi demokrasi kepada Indonesia. Begitu pula stabilitas politik dan keamanan yang relatif terjaga.

"Justru kita sendiri yang menggambarkan politik dan keamanan negeri kita serba buruk dan serba jelek," kata Presiden.

Oleh karena itu, Presiden mengharapkan pers dapat memberitakan kedua-duanya baik itu psoitif maupun negatif secara objektif dan faktual.

"Sebab kalau tidak ada kedua-duanya, baik yang positif maupun yang negatif, yang plus maupun minus rakyat kita akan bingung dan bertanya-tanya, mengapa pihak internasional, termasuk asing yang juga sangat kritis, mereka mau dan berani mengkritik negara kita, tapi juga mau dan apresiatif kalau memang ada yang kita capai," kata Presiden.

(M.A. Iskandar/E.M. Yacub)

Pewarta:

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013