Pontianak (Antara Kalbar) - Pawai budaya Nusantara digelar di Kota Pontianak untuk memeriahkan perayaan Cap Go Meh atau hari kelima belas dalam Tahun Imlek 2564.

Pawai budaya Nusantara berlangsung di Jalan Diponegoro, Gajah Mada, Pahlawan dan Tanjungpura, Minggu siang.

Pawai itu diikuti beberapa etnis yang ada di Pontianak, meliputi Tionghoa, Melayu, Dayak, Madura, Jawa dan Batak.

Pawai dikawal serombongan orang berkendaraan motor besar, drum band, dan sanggar-sanggar tari.

Berbeda pada pawai budaya umumnya, khusus Cap Go Meh atau perayaan hari kelima belas Imlek ini, pawai diikuti atraksi naga dan barongsai. Atraksi kesenian Tionghoa juga lebih mendominasi. Sekitar pukul 13.00 WIB, iring-iringan pawai budaya Nusantara melintas di Jalan Gajahmada.

Ratusan warga yang semula duduk menikmati makan siangnya di restoran dan rumah-rumah makan, beranjak berdiri ketika mendengar bunyi gendang khas musik tradisional Tionghoa melintas di Jalan Gajahmada.

Pawai itu juga dikawal secara beriring-iringan pengendara motor besar dan drum dari beberapa sekolah swasta di Kota Pontianak.

Sejumlah peserta pawai, menumpang mobil bak terbuka, berupa truk dan "pick up" (bak terbuka). Sebagian ada yang berjalan kaki, termasuk pembawa arak-arakan naga dari sejumlah yayasan pemadam kebakaran di Kota Pontianak.

Ada enam replika naga yang mengikuti pawai tersebut. Ketika melintas di yayasan marga warga Tionghoa, mereka singgah di yayasan tersebut dan mendapatkan angpao atau uang dalam amplop merah.

Salah satunya Yayasan Marga Lim, di jalan Gajah Mada disinggahi lima arakan naga. Kecuali satu naga tidak singgah di yayasan tersebut dan berjalan terus melintasi ribuan warga yang berderet menonton.

Seorang warga yang menyaksikan pawai itu, Merry (26) mengatakan ia menonton atraksi naga hanya untuk lucu-lucuan saja dan membuat anaknya senang.

"Ini setahun sekali. Kalau orang bilang lewat di bawah naga bisa dapat heng. Tapi saya belum pernah coba," katanya.

Meski masih menganut Kong Hu Cu namun Merry mengaku tidak paham filosofi terkait dengan arakan naga keliling kota tersebut.

Sementara dalam tradisi Tionghoa Singkawang, arakan tatung atau dukun yang kerasukan roh halus adalah untuk "bersih-bersih kota" dan mengusir makhluk jahat.

Merry sendiri mengaku tidak berminat menyaksikan perayaan Cap Go Meh di Singkawang untuk melihat atraksi tatung itu. "Di sini sudah ada naga, kenapa mesti ke Singkawang. Bikin capek saja," kata ibu dengan seorang anak itu sambil tersenyum.

(N005/E011)

 

Pewarta:

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013