PBB, New York (Antara Kalbar/Xinhua-OANA) - Dana Anak PBB (UNICEF), Selasa (5/3), menyatakan 60 korban peledak yang tercecer selama perang telah dilaporkan di Mali sejak April 2012, dan anak-anak adalah dua-pertiga dari seluruh jumlah itu.

"Rata-rata 200.000 anak dari daerah yang terpengaruh konflik di bagian tengah dan utara Mali menghadapi resiko cedera atau tews akibat amunisi yang ditinggalkan," kata Wakil Juru Bicara PBB Eduardo del Buey kepada wartawan dalam taklimat harian di Markas PBB, New York.

"Risiko tingkat tinggi tampaknya akan bertambah ketika keluarga yang kehilangan tempat tinggal mulai kembali ke berbagai daerah yang telah menyaksikan kondisi terburuk dari konflik tersebut," ia menambahkan, dengan mengutip laporan UNICEF.

Guna meningkatkan kesadaran masyarakat di daerah yang dilanda konflik, UNICEF dan mitranya berencana meningkatkan kegiatan pendidikan resiko ranjau dan aksi kesensitifan pada radio tahun ini, terutama di Mali utara, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu siang.

Pada awal 2012, saat Wilayah Sahel di Afrika Barat --yang meliptui Mali-- berjuang menghadapi krisis gizi parah, aksi perlawanan meletus di Mali utara.

Hingga Maret tahun lalu, gerilyawan telah merebut seluruh wilayah utara negeri tersebut. Namun situasi itu relatif tetap tenang, sampai penghujung tahun lalu, saat kelompok jihad merebut kendali.

Prancis ikut-campur secara militer pada 11 Januari guna menghentikan gerak maju gerilyawan di negara Afrika Barat itu.

 Badan pengungsi PBB menyatakan 7.000 warga sipil telah menyelamatkan diri ke negara tetangga Mali sejak 10 Januari guna menghindari pertempuran.

(Chaidar)

Pewarta:

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013