Jakarta (Antara Kalbar) - Seorang pakar kesehatan mengatakan bayi yang lahir dengan alergi
asma kulit atau 'dermatitis atopik' bisa sembuh, namun akan kembali
kambuh dalam manifestasi yang berbeda.
"Ini karena anak kekurangan imunitas serta antibodi yang tidak bekerja dengan baik. Metabolisme anak pun masih sangat rendah," kata konsultan pediatrik, pulmonologi dan imunologi Ulrich Wahn pada jumpa pers di Jakarta, Selasa.
Ulrich mengungkapkan asma kulit biasanya terjadi karena anak alergi terhadap susu.
Namun seiring bertumbuh kembangnya anak, maka asma kulit itu menghilang karena usus anak sudah mulai bisa memecah protein susu.
"Tetapi saat saluran cerna mampu menghancurkan protein, alergi anak tetap dapat timbul dalam bentuk asma (sesak napas) yang biasanya diakibatkan oleh pencemaran udara," kata Ulrich.
Dia menyebutkan fase ini terjadi saat anak mulai menginjak empat tahun ke atas dan ini ini bisa dicegah supaya tidak berkembang.
Ulrich merekomendasikan bahwa anak atau bayi yang sensitif terhadap makanan atau lingkungan sebagai penyebab alergi harus ditangani sesegera mungkin.
Penanganan untuk anak yang alergi debu dapat dilakukan dengan imunoterapi, sedsangkan anak dengan alergi susu diterapi dengan susu soya terhidrolisis parsial.
"Pencegahan juga bisa dilakukan dengan memberikan ASI eksklusif kepada bayi hingga enam bulan pertama," demikian Ulrich.
(Ant News)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Ini karena anak kekurangan imunitas serta antibodi yang tidak bekerja dengan baik. Metabolisme anak pun masih sangat rendah," kata konsultan pediatrik, pulmonologi dan imunologi Ulrich Wahn pada jumpa pers di Jakarta, Selasa.
Ulrich mengungkapkan asma kulit biasanya terjadi karena anak alergi terhadap susu.
Namun seiring bertumbuh kembangnya anak, maka asma kulit itu menghilang karena usus anak sudah mulai bisa memecah protein susu.
"Tetapi saat saluran cerna mampu menghancurkan protein, alergi anak tetap dapat timbul dalam bentuk asma (sesak napas) yang biasanya diakibatkan oleh pencemaran udara," kata Ulrich.
Dia menyebutkan fase ini terjadi saat anak mulai menginjak empat tahun ke atas dan ini ini bisa dicegah supaya tidak berkembang.
Ulrich merekomendasikan bahwa anak atau bayi yang sensitif terhadap makanan atau lingkungan sebagai penyebab alergi harus ditangani sesegera mungkin.
Penanganan untuk anak yang alergi debu dapat dilakukan dengan imunoterapi, sedsangkan anak dengan alergi susu diterapi dengan susu soya terhidrolisis parsial.
"Pencegahan juga bisa dilakukan dengan memberikan ASI eksklusif kepada bayi hingga enam bulan pertama," demikian Ulrich.
(Ant News)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013