Denpasar  (Antara Kalbar) - Hari Raya Kuningan hendaknya mampu dimaknai umat Hindu untuk menghormati leluhur dengan harapan kehidupan masa mendatang menjadi lebih baik, kata Ketua Program Studi Pemandu Wisata Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar I Ketut Sumadi.

"Leluhur sangat berjasa dalam memenangkan kebaikan dan menegakkan kebenaran termasuk menjaga keserasian dan keharmonisan antara sesama umat manusia, lingkungan, dan Tuhan Yang Maha Esa," katanya di Denpasar, Rabu.

Hari Raya Kuningan rangkaian Hari Suci Galungan dalam memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan), jatuh pada Sabtu (6/3).

Ia mengatakan  melalui perayaan Hari Kuningan, umat Hindu mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa, sekaligus memperoleh sinar suci dari Tuhan dengan harapan terhindar dari bencana dan hal-hal yang tidak diinginkan.

Harapan tersebut, katanya, disertai dengan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-sehari untuk menjaga dan melestarikan Tri Hita Karana, yakni hubungan yang harmonis dan serasi sesama umat manusia, lingkungan, dan Tuhan Yang Maha Esa.

Ia mengharapkan dengan terpelihara Tri Hita Karana dalam kehidupan masyarakat Bali, masyarakat terhindar dari bencana dan hal-hal lain yang tidak diinginkan.

Umat Hindu pada Hari Raya Kuningan menghaturkan banten, rangkaian janur kombinasi bunga dengan buah-buahan, sebagai wujud rasa bakti dan syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

"Upakara dihaturkan di  tempat suci keluarga. Makna Hari Raya Kuningan tidak hanya diaplikasikan saat hari Kuningan, namun juga dalam kehidupan sehari-hari," kata Ketut Sumadi.

Pewarta:

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013