Pontianak (Antara Kalbar) - PT Angkasa Pura II Cabang Bandara Supadio Pontianak memperkirakan laba bersih 2013 hanya sebesar Rp5,9 miliar, merosot sekitar 137 persen dibanding laba 2012 sebesar Rp14 miliar.

"Tahun 2013 laba praktis diperkirakan menurun dibanding tahun lalu (2012), seiring pengalihan pengelolaan layanan Air Traffic Control (ATC) kepada Perum Navigasi," kata Manajer Administrasi Komersial Bandara Supadio, Ali Pasha dalam acara "Media Airport Visit", di Pontianak, Kamis.

Menurut Ali, selama ini pendapatan bandara dari aktivitas ATC cukup besar. Namun setelah pemerintah resmi membentuk Perum Navigasi sebagai pengelola tunggal sistem trafik penerbangan mengakibatkan tidak hanya Supadio, tapi seluruh bandara mengalami penurunan pendapatan.

Mulai 16 Januari 2013 pemerintah resmi membentuk Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau Perum Navigasi.

Dengan pengelolaan ATC secara terpadu oleh BUMN baru tersebut maka sistem atau lalulintas udara akan menganut "single air traffic provider", sehingga lebih terintegrasi dan meningkatkan keselamatan maupun kenyamanan penerbangan.

"Selain karena pengalihan pengelolaan ATC, penurunan pendapatan juga karena perpanjangan jam operasional bandara yang memicu timbulnya biaya," ujarnya.

Pada 2013, pada Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) pendapatan aeronautika diperkirakan mencapai Rp49,5 miliar, naik dari 2012 yang tercatat Rp47,9 miliar.

Pendapatan non aeronautika menurun sedikit dari Rp13,6 miliar menjadi Rp12,4 miliar, sedangkan pendapatan kargo naik menjadi Rp5,4 miliar dari Rp3,7 miliar.

"Namun melihat hilangnya pendapatan dari layanan ATC, maka konsekuensinya adalah target-target yang ditetapkan. Pendapatan aeronautika diperkirakan hanya berkisar Rp38,5 miliar," ujarnya.

Sebagai gambaran saja dari pendapatan aeronautika Rp49,5 miliar tahun ini, sebanyak Rp11 miliar di antaranya merupakan pendapatan layanan penerbangan yang menjadi hak Perum Navigasi.

Meski begitu, Ali mengatakan, pihaknya optimistis dapat mengatasi kendala penurunan pendapatan dan laba seiring dengan pembangunan infrastruktur dan fasilitas layanan Bandara Supadio.

 Pada awal 2012 pengembangan Bandara Supadio dimulai dengan pembangunan infrastruktur dan fasilitas pendukung dengan total investasi sebesar Rp1,6 triliun.

Chief Project Implementatition Unit, Bandara Supadio, Akbar Putra Mardhika, mengatakan dari dana tersebut sebesar Rp450 miliar dialokasinan untuk pengembangan run way dan apron (tempat parkir pesawat) dan Rp1,1 triliun untuk fasilitas pendukung seperti gedung, pusat perbelanjaan, serta sekitar Rp100 miliar untuk jasa kargo.

Pengerjaan pembangunan meliputi perluasan area bandara dari 305,69 ha menjadi 366,60 ha, perluasan terminal dari 6.940 meter persegi menjadi 32.000 meter persegi.

Selanjutnya pengembangan runway dari 2.250 X 45 meter menjadi 2.500 X 45 meter, pembangunan apron dari seluas 30.800 meter persegi menjadi 61.400 meter persegi.

Ditambahkan Ali, pengerjaan pembangunan dan perluasan Bandara Supadio tersebut ditargetkan rampung pada akhir 2015. Dengan demikian, mulai 2016 kapasitas terminal bisa mencapai 3,8 juta penumpang per tahun, naik dari kapasitas yang sekarang sekitar 700.000 penumpang saat ini.

"Penyelesaian pembangunan bandara Supadio sangat mendesak, karena sejak 2008 sudah melebihi kapasitas. Adapun jumlah penumpang pada 2012 sudah mencapai 2,2 juta orang per tahun," ujarnya.

Pewarta: Royke Sinaga

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013