Jakarta (Antara Kalbar) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan dianugerahi 'World Statesman Award' atau penghargaan negarawan dunia 2013.
Penghargaan itu akan diberikan oleh organisasi yang mempromosikan perdamaian, demokrasi, toleransi, dan dialog antarkepercayaan yang berbasis di New York, Amerika Serikat, Appeal of Conscience Foundation (ACF), demikian laman Appeal of Conscience Foundation, Senin.
Laman itu juga menyebutkan organisasi itu mulai menganugerahkan penghargaan tahunan pada 1997. Beberapa pimpinan negara mendapatkan penghargaan ini, di antaranya PM Inggris kala itu, Gordon Brown pada (2009), Presiden Perancis kala itu Nicolas Zarkozy (2008). Pada 2012, penghargaan ini dinaugerahkan kepada Perdana Menteri Kanada Stephen Harper.
Rencananya, penghargaan itu akan diserahkan di sela-sela kunjungan kerja Presiden ke New York, AS, pada akhir Mei ini, dalam rangka penyerahan hasil panel tingkat tinggi program pembangunan pasca MDG's 2015 di Markas PBB.
Sejumlah aktivis sempat berunjuk rasa di depan Kedutaan Besar AS di Jakarta, pada Senin (6/5) pagi, menolak pemberian penghargaan tersebut. Penolakan tersebut karena dinilai masih banyak kasus intoleransi beragama yang belum terselesaikan.
Staf Khusus Presiden bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah mengatakan Presiden Yudhoyono layak untuk mendapatkan penghargaan tersebut, meskipun mendapatkan sejumlah kritikan dari para aktivis pegiat kebebasan beragama di dalam negeri.
"Adanya kasus intoleransi tidak seharusnya menutup mata para komentator tersebut atas berbagai kemajuan dalam membangun nilai-nilai ke-Indonesian di bawah Presiden SBY. Kerukunan beragama, penghormatan serta kebanggaan masyarakat atas keragaman dan keunikan budaya Indonesia adalah bagian dari nilai-nilai dimaksud," kata Faiz dalam pesan singkat yang diterima wartawan.
Ia menambahkan, dalam tataran internasional Presiden Yudhoyono juga aktif memajukan dialog antar kepercayaan dan agama. Bahkan membidani lahirnya dialog global antarmedia guna membangun pemahaman dan toleransi atas keragaman budaya dan anutan kepercayaan paska insiden kartun yang melecehkan Nabi Muhammad.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
Penghargaan itu akan diberikan oleh organisasi yang mempromosikan perdamaian, demokrasi, toleransi, dan dialog antarkepercayaan yang berbasis di New York, Amerika Serikat, Appeal of Conscience Foundation (ACF), demikian laman Appeal of Conscience Foundation, Senin.
Laman itu juga menyebutkan organisasi itu mulai menganugerahkan penghargaan tahunan pada 1997. Beberapa pimpinan negara mendapatkan penghargaan ini, di antaranya PM Inggris kala itu, Gordon Brown pada (2009), Presiden Perancis kala itu Nicolas Zarkozy (2008). Pada 2012, penghargaan ini dinaugerahkan kepada Perdana Menteri Kanada Stephen Harper.
Rencananya, penghargaan itu akan diserahkan di sela-sela kunjungan kerja Presiden ke New York, AS, pada akhir Mei ini, dalam rangka penyerahan hasil panel tingkat tinggi program pembangunan pasca MDG's 2015 di Markas PBB.
Sejumlah aktivis sempat berunjuk rasa di depan Kedutaan Besar AS di Jakarta, pada Senin (6/5) pagi, menolak pemberian penghargaan tersebut. Penolakan tersebut karena dinilai masih banyak kasus intoleransi beragama yang belum terselesaikan.
Staf Khusus Presiden bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah mengatakan Presiden Yudhoyono layak untuk mendapatkan penghargaan tersebut, meskipun mendapatkan sejumlah kritikan dari para aktivis pegiat kebebasan beragama di dalam negeri.
"Adanya kasus intoleransi tidak seharusnya menutup mata para komentator tersebut atas berbagai kemajuan dalam membangun nilai-nilai ke-Indonesian di bawah Presiden SBY. Kerukunan beragama, penghormatan serta kebanggaan masyarakat atas keragaman dan keunikan budaya Indonesia adalah bagian dari nilai-nilai dimaksud," kata Faiz dalam pesan singkat yang diterima wartawan.
Ia menambahkan, dalam tataran internasional Presiden Yudhoyono juga aktif memajukan dialog antar kepercayaan dan agama. Bahkan membidani lahirnya dialog global antarmedia guna membangun pemahaman dan toleransi atas keragaman budaya dan anutan kepercayaan paska insiden kartun yang melecehkan Nabi Muhammad.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013