Banjarmasin (Antara Kalbar) - Pihak Kesultanan Banjar, Kalimantan Selatan, berkeinginan memajukan Borneo (Kalimantan) melalui kerja sama antara penduduk di pulau tersebut.
Salah satu upaya memajukan Borneo adalah mengungkap sejarahnya, kata seorang pemikir Kesultanan Banjar yang juga dosen Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, Taufik Arbain, di Banjarmasin, Minggu.
Dengan keinginan itu pulalah maka Pusat Sejarah Brunei saat acara "Konvensyen Pan-Borneo 2013" pada 13-14 Mei lalu di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, mengundang Kesultanan Banjar untuk memaparkan sejarah kerajaan Banjar.
Acara tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pentingnya sejarah Borneo dan meningkatkan pengkajian tentang sejarah dan hal-hal berkaitan dengan masa depan Borneo.
Hal ini dilakukan untuk melakukan penyelamatan warisan budaya Borneo dalam rangka menghadapi masalah global.
Menurut Taufik Arbain, bagi Negara Brunei dan kawasan kerajaan dan kesultanan lain di Kalimantan Barat, Selatan, dan Kalimantan Timur merupakan kesinambungan pemahaman peradaban Melayu Islam dan Dayak.
"Konvensyen panBorneo" diikuti oleh seluruh utusan kerajaan dan kesultanan di kawasan Borneo/Kalimantan dan kalangan Universitas Brunei Farussalam, Serawak, dan Sabah Malaysia untuk mempertemukan pemikiran dan kajian borneo di masing-masing tempat, termasuk peradaban, agama, sosial budaya, adat tradisi, manuskrip dan sejarah kerajaan/kesultanan.
Dari Kesultanan Banjar hadir H Syarifuddin yang mengangkat judul makalah Kerakatan Kerajaan dalam Hubungan Budaya sebagai Jendela Borneo, sedangkan ia sendiri (Taufik Arbain) mengangkat judul makalah Perang Ba
Menurut Taufik Arbain kehadiran kesultanan Banjar di konvensyen tersebut merupakan kehormatan dari kerajaan Brunei Darussalam untuk berbagi pikiran tentang kepentingan peradaban Borneo khususnya peradaban Melayu yang dilakukan Kesultanan Banjar sejak masa lalu hingga sekarang di selatan Borneo.
"Pada acara tersebut kita bisa mendengarkan beberapa paparan dari pihak Kesultanan lain di Kalimantan, Brunei dan universitas di Sabah, Serawak dan Brunei sehingga mendapatkan titik temu dan saling tali temali atas pengkajian-pengkajian borneo", ungkap dosen Fisip Unlam ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
Salah satu upaya memajukan Borneo adalah mengungkap sejarahnya, kata seorang pemikir Kesultanan Banjar yang juga dosen Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, Taufik Arbain, di Banjarmasin, Minggu.
Dengan keinginan itu pulalah maka Pusat Sejarah Brunei saat acara "Konvensyen Pan-Borneo 2013" pada 13-14 Mei lalu di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, mengundang Kesultanan Banjar untuk memaparkan sejarah kerajaan Banjar.
Acara tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pentingnya sejarah Borneo dan meningkatkan pengkajian tentang sejarah dan hal-hal berkaitan dengan masa depan Borneo.
Hal ini dilakukan untuk melakukan penyelamatan warisan budaya Borneo dalam rangka menghadapi masalah global.
Menurut Taufik Arbain, bagi Negara Brunei dan kawasan kerajaan dan kesultanan lain di Kalimantan Barat, Selatan, dan Kalimantan Timur merupakan kesinambungan pemahaman peradaban Melayu Islam dan Dayak.
"Konvensyen panBorneo" diikuti oleh seluruh utusan kerajaan dan kesultanan di kawasan Borneo/Kalimantan dan kalangan Universitas Brunei Farussalam, Serawak, dan Sabah Malaysia untuk mempertemukan pemikiran dan kajian borneo di masing-masing tempat, termasuk peradaban, agama, sosial budaya, adat tradisi, manuskrip dan sejarah kerajaan/kesultanan.
Dari Kesultanan Banjar hadir H Syarifuddin yang mengangkat judul makalah Kerakatan Kerajaan dalam Hubungan Budaya sebagai Jendela Borneo, sedangkan ia sendiri (Taufik Arbain) mengangkat judul makalah Perang Ba
Menurut Taufik Arbain kehadiran kesultanan Banjar di konvensyen tersebut merupakan kehormatan dari kerajaan Brunei Darussalam untuk berbagi pikiran tentang kepentingan peradaban Borneo khususnya peradaban Melayu yang dilakukan Kesultanan Banjar sejak masa lalu hingga sekarang di selatan Borneo.
"Pada acara tersebut kita bisa mendengarkan beberapa paparan dari pihak Kesultanan lain di Kalimantan, Brunei dan universitas di Sabah, Serawak dan Brunei sehingga mendapatkan titik temu dan saling tali temali atas pengkajian-pengkajian borneo", ungkap dosen Fisip Unlam ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013