Bengkulu (Antara Kalbar) - Para pedagang pengumpul kopi dan komoditas coklat di Bengkulu hingga saat ini tak mampu memenuhi permintaan pengusaha industri kopi bubuk dari berbagai daerah di luar Bengkulu.

Permintaan kopi biji dan coklat produksi Bengkulu sepekan terakhir terus meningkat yaitu mencapai 150 ton perhari, sedangkan sebelumnya hanya 100 ton per hari, kata seorang pedagang besar hasil bumi Bengkulu Zurdinata dihubungi, Minggu.

Ia mengatakan, permintaan itu sebelumnya dari pengusaha kopi bubuk di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Medan, Sumatera Utara, namun pekan ini ada lagi permintaan dari wilayah Jakarta, Bogor dan Bandung, Jabar.

Permintaan kopi dan coklat itu juga datang dari negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia, namun tidak bisa dipenuhi karena keterbatasan stok dari petani.

Saat ini permintaan akan kopi mencapai 150 ton per hari, sedangkan coklat sekitar 100 ton per hari, sedangkan kopi yang bisa dibeli dari masyarakat paling banyak 60 ton dan coklat sekitar 40 ton per hari.

Sementara harga beli kopi pada tingkat petani cenderung turun dari sebelumnya Rp17.500 menjadi Rp16.500 per kilogram dan harga biji coklat turun menjadi Rp17.000 dari sebelumnya Rp17.500 per kilogram, ujarnya.

Kabid Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi/UKM Provinsi Bengkulu Nopti Irawan mengatakan, Kopi asal Bengkulu, biasanya diekspor melalui daerah tujuan pemasaran utama Singapura, kemudian di kirim ke Malaysia, Hong Kong dan China melalui pelabuhan Lampung.

Luas tanaman kopi di Bengkulu mencapai 124.510 hektare yang tersebar di beberapa kabupaten dengan produksi mencapai 60.790,08 ton per tahun.

Pewarta: Zulkifli Lubis

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013