Jakarta (Antara Kalbar) - Menteri Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan bahwa pemerintah melalui Badan Urusan Logistik (Bulog) akan mengintervensi pasar untuk mengendalikan harga kedelai agar tetap stabil.
"Untuk harga pangan di pasar khususnya harga kedelai, Bulog sudah menjalankan keputusan presiden, yaitu melakukan impor kedelai dengan tujuan mengintervensi pasar agar harga kedelai tetap stabil," kata Hatta di Gedung BPPT Jakarta, Senin.
Menurut dia, adanya intervensi Bulog untuk mengendalikan harga di pasar akan membuat harga kedelai kembali stabil karena dapat membatasi munculnya spekulan yang mencoba mengambil keuntungan di pasar.
"Dengan pengendalian harga ini, orang tidak berani berspekulasi. Bila tidak dikendalikan, setiap saat orang bisa impor kalau memang harganya tinggi," ujarnya.
Hatta mengatakan upaya-upaya pemerintah untuk menstabilkan harga pangan di pasar sudah mulai berjalan, terutama di Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian.
Dia juga menyampaikan pemerintah juga sudah mengubah kebijakan perdagangan di pasar agar lebih terkendali.
"Kami sudah mengubah kebijakan untuk tidak lagi menggunakan sistem kuota karena ini akan menimbulkan distorsi. Kami mau membuka itu dengan pendekatan yang lebih relaks dengan tetap menjaga kestabilan harga," katanya.
"Jadi, kami menjaga agar suplainya tidak terganggu yang dapat menyebabkan kenaikan harga. Dengan pendekatan lebih terbuka maka kita harapkan harga kedelai akan stabil," lanjutnya.
Sebelumnya, pemerintah didesak untuk segera menambah pasokan kedelai dalam negeri dari impor karena harga di tingkat perajin sudah melonjak hingga level Rp8.700 per kilogram.
Ketua Gabungan Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia (Gakopti) Aip Syarifudin mengatakan hingga saat ini harga kedelai di tingkat perajin sudah berada pada level Rp8.700 per kilogram.
Harga tersebut jauh melebihi target pemerintah sesuai Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 37/2013 Pasal 2 tentang Harga Jual Perajin (HJP) kedelai yang ditetapkan sebesar Rp7.700 per kilogram yang berlaku hingga 31 Agustus 2013.
Perajin tahu dan tempe, menurut dia, membutuhkan setidaknya 132.000 ton kedelai per bulan atau 1,6 juta ton per tahun, sedangkan produksi dalam negeri hanya mencapai 600.000 ton.
Oleh karena itu, kata dia, impor menjadi satu-satunya solusi jangka pendek untuk menambah pasokan kedelai dalam negeri guna mencukupi kebutuhan para perajin tahu dan tempe.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Untuk harga pangan di pasar khususnya harga kedelai, Bulog sudah menjalankan keputusan presiden, yaitu melakukan impor kedelai dengan tujuan mengintervensi pasar agar harga kedelai tetap stabil," kata Hatta di Gedung BPPT Jakarta, Senin.
Menurut dia, adanya intervensi Bulog untuk mengendalikan harga di pasar akan membuat harga kedelai kembali stabil karena dapat membatasi munculnya spekulan yang mencoba mengambil keuntungan di pasar.
"Dengan pengendalian harga ini, orang tidak berani berspekulasi. Bila tidak dikendalikan, setiap saat orang bisa impor kalau memang harganya tinggi," ujarnya.
Hatta mengatakan upaya-upaya pemerintah untuk menstabilkan harga pangan di pasar sudah mulai berjalan, terutama di Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian.
Dia juga menyampaikan pemerintah juga sudah mengubah kebijakan perdagangan di pasar agar lebih terkendali.
"Kami sudah mengubah kebijakan untuk tidak lagi menggunakan sistem kuota karena ini akan menimbulkan distorsi. Kami mau membuka itu dengan pendekatan yang lebih relaks dengan tetap menjaga kestabilan harga," katanya.
"Jadi, kami menjaga agar suplainya tidak terganggu yang dapat menyebabkan kenaikan harga. Dengan pendekatan lebih terbuka maka kita harapkan harga kedelai akan stabil," lanjutnya.
Sebelumnya, pemerintah didesak untuk segera menambah pasokan kedelai dalam negeri dari impor karena harga di tingkat perajin sudah melonjak hingga level Rp8.700 per kilogram.
Ketua Gabungan Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia (Gakopti) Aip Syarifudin mengatakan hingga saat ini harga kedelai di tingkat perajin sudah berada pada level Rp8.700 per kilogram.
Harga tersebut jauh melebihi target pemerintah sesuai Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 37/2013 Pasal 2 tentang Harga Jual Perajin (HJP) kedelai yang ditetapkan sebesar Rp7.700 per kilogram yang berlaku hingga 31 Agustus 2013.
Perajin tahu dan tempe, menurut dia, membutuhkan setidaknya 132.000 ton kedelai per bulan atau 1,6 juta ton per tahun, sedangkan produksi dalam negeri hanya mencapai 600.000 ton.
Oleh karena itu, kata dia, impor menjadi satu-satunya solusi jangka pendek untuk menambah pasokan kedelai dalam negeri guna mencukupi kebutuhan para perajin tahu dan tempe.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013