Jakarta (Antara Kalbar) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta meminta para peneliti dapat menghasilkan inovasi teknologi yang sesuai kebutuhan pengguna, sehingga mudah terserap oleh industri.

"Para peneliti ini orientasinya harus segera diubah, jangan hanya sekadar memenuhi keingintahuan atau 'academic excellence' saja, tapi harus berorientasi pada kebutuhan pengguna," kata Menristek dalam seminar Insentif Riset SINas 2013 di Jakarta, Kamis.

Jika hasil riset yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pengguna, menurut dia, akan berkontribusi bagi peningkatan bisnis industri dan diproduksi secara massal.

Ia juga mengatakan sinergi periset dengan produsen hingga ke Pemerintah Pusat dan Daerah sangat perlu dilakukan. "Jangan sampai dikira kita (periset) adem ayem saja di laboratorium".

Berdasarkan data dari program Insentif Riset SINas sebelumnya dapat digambarkan bahwa bila kegiatan riset dilakukan dengan baik dan secara konsisten tentu akan memberi masukan bagi pembangunan nasional.

Masalah lain yang juga menjadi perhatian dan dicarikan jalan keluarnya yakni terkait paten. Menurut Menristek pengurusan paten berupa Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Kementerian Hukum dan HAM masih susah.

"Pengurusan patennya susah selain itu juga ada biaya pemeliharaannya. Itu kami pikirkan juga supaya cepat, dan bisa cepat dapat royalti juga," ujar dia.

Sementara itu peminat dari lembaga dan peneliti yang berpartisipasi program Insentif Riset SINAS awalnya memang cukup. Jumlah proposal yang mendaftar pada program tersebut meningkat dari 1.200 proposal di 2007 menjadi 4.149 proposal di 2011.

Namun pada 2012-2014 jumlah proposal yang masuk mengalami penurunan, dari 2.309 proposal di 2012 menjadi 1.559 proposal untuk 2014. Karena itu. upaya pemberian insentif pagi para peneliti mau pun pihak swasta yang ingin mendukung penelitian dan pengembangan (litbang) terus dilakukan.

"Insentif itu sudah ada bagi mereka yang berinovasi mengembangkan teknologi. Bentuknya bisa sampai keringanan pajak untuk alat-alat pendukung pembuatan teknologi yang diambil dari luar negeri," ujar Menristek.

Meski demikian, ia meminta agar peneliti mulai berusaha pula menciptakan teknologi yang berbahan dasar dari dalam negeri. "Jangan sampai obat 90 persen diproduksi di sini, tapi bahan baku untuk memproduksi 90 persen impor".

 

Pewarta: Virna P Setyorini

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013