Kirkuk, Irak (Antara Kalbar/AFP) - Aksi kekerasan yang menewaskan lebih dari 200 orang dalam pekan belakangan ini memaksa pemerintah Irak meminta bantuan internasional memerangi kelompok garis keras hanya beberapa bulan sebelum pemilu pertama dalam empat tahun.  
    
Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki, Sabtu meminta bantuan Washington dalam bentuk kerja sama intelijen lebih luas dan pengiriman sistem-sistem senjata baru tepat waktu.

Dua bom bunuh diri di satu masjid Irak utara adalah paling banyak menelan korban jiwa dalam serangan di seluruh negara itu yang menewaskan 15 orang, Sabtu, ditengah-tengah pertumpahan darah yang pihak berwenang gagal hentikan.

Para pejabat juga menyatakan cemas atas munculnya kembali Al Qaida akibat perang saudara di Suriah yang memberikan kelompok garis depan gerilyawan itu di Irak dengan meningkatkan ruang untuk merencanakan operasi-operasi.

Serangan-serangan Sabtu menghantam sebagian besar daerah utara, kendatipun Baghdad juga terkena aksi kekerasan itu.

Aksi kekerasan yang paling banyak menelan korban jiwa terjadi di Tuz Khurmatu, di mana satu serangan bom bunuh diri mobil disusul oleh satu serangan buruh diri yang ditargetkan pada satu masjid yang menewaskan setidaknya 10 orang dan mencederai 45 orang lainnya, kata seorang kolonel polisi dan wali kota Shallal Abdil.

Ledakan awal terjadi pukul 17.30 waktu setempat (21.30 WIB) dekat masjid Imam Ali,yang berada di tengah satu pasar yang ramai dan dekat kantor-kantor partai Presiden Irak Jalan Talabani yang kini sakit.

Segera setelah itu, seorang pembom bunuh diri meledakkan bomnya di pintu masuk masjid itu.

"Saya yakin serangan itu dilakukan Al Qaida," kata Abdul.

"Ada kerusakan dan kehancuran di daerah tiu, karena masjid itu terletak di tengah satu pasar."
    
Tuz Khurmatu, satu kota yang dihuni berbagai etnik, terletak di  tengah jalur daerah yang disengketakan  yang Kurdi Irak akan gabungan ke dalam wilayah utara otonominya walaupun pemerintah pusat keberatan.

Kelompok-kelompok garis keras sering memanfaatkan komnikasi yang sulit antara  pasukan keamanan kedua pihak untuk melakukan serangan-serangan dan Tuz Khurmatu sering jadi sasaraan aksi kekerasan.

Aksi kekerasan di Baghdad dan dua kota di utara--Tal Afat, yang sebagian besar dihuni etnik Turki Syiah dan Tikrit yang dihuni mayoritas Arab Sunni -- menyebabkan lima orang tewas, kata para pejabat.

Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas meningkatnya aksi kekerasan, tetapi para gerilyawan Sunni yang punya hubungan dengan Al Qaida sering melancarkan serangan-serangan terhadap warga Syiah dan Sunni dalam usaha merusak kepercayaan pada pihak berwenang.

Pemerintah dan pasukan keamanan menekankan serangan-serangan dan operasi-operasi di daerah-daerah barat dan utara negara itu, yang dihuni mayoritas Sunni telah memiliki dampak.

Tetapi para diplomat, pengamat dan kelompok hak asasi manusia mengatakan pemerintah tidak cukup berbuat untuk menangani penyebab utama aksi kekerasan itu, terutama pada kalangan Sunni yang menuduh pemerintah yang dipimpin Syiah memperlakukan buruk terhadap mereka.

    ( R. Nurdin)

Pewarta:

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013