Kathmandu (Antara Kalbar/Xinhua-OANA) - Salah seorang mantan dewi hidup paling terkenal di Nepal kini memasuki usia 16 tahun dan secara perlahan kembali ke jalan hidupnya sebagai warga biasa yang fana.

"Saya ingin menjadi artis Thangka, persis seperti ayah saya," kata Preeti Shakya kepada Xinhua, dalam wawancara eksklusif belum lama ini.

Preeti Shakya, yang dipilih ketika ia baru berusia tiga tahun, telah dianggap sebagai reinkarnasi Dewi Durga dalam Agama Hindu --tradisi yang sudah berumur ratusan tahun di Nepal.

Ia disucikan sampai mentruasi pertamanya, dan setelah itu ia kembali ke kehidupan normal, dan menyerahkan mahkota kepada dewi hidup yang baru, atau Kumari.

Preeti, yang telah dimuliakan dan sekaligus diasingkan, sekarang menikmati kehidupan normal seorang remaja. Kamarnya dipenuhi gambar dirinya dengan senyum misterius yang membuat dia sangat terkenal selama ia menjadi dewi hidup di Nepal.

Selama wawancara, Preeti --yang memikirkan diri sendiri dan berbicara dengan suara lunak-- memperkenalkan wartawan Xinhua dengan anggota keluarganya. Seperti pendahulunya, ia dipisahkan dari orang tua kandungnya dan menjalani hidup yang terkucil. Dengan kelopak mata berwarna hitam dengan maskara tebal dan pakaian warna merah serta emas, Preeti hanya diperkenankan keluar istananya sebanyak 13 kali dalam setahun.

Seorang Kumari, yang tiba-tiba melesat kursi ketenaran, adalah daya tarik pariwisata utama di Nepal. Setiap hari, ratusan wisatawan dan pecinta lokalnya datang mengunjungi istananya cuma untuk sekilas melihat seorang dewi hidup, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat petang.

Kumari selalu dipilih dan suku Buddha yang sama, dan ketika komite pemilih mendekati ibu Preeti, Reena Shakya, ia tak bisa memutuskan apakah ia mesti membiarkan putrinya ikut dalam pemilihan, atau tidak.

Reena takut putrinya akan mengalami kesulitan untuk bergabung kembali dengan keluarga yang nyaris tak dikenalnya akibat lama terpisah.

"Saya menemui Preeti sekali dalam satu pekan. Saya pergi ke Rumah Kumari sebagai pemuja, dan memikirkan dia sebagai dewi bukan sebagai putri saya. Hanya kakak Preeti diperkenankan bermain dengan dia pada hari Sabtu," kata Reena Shakya kepada Xinhua, sambil membuka-buka album yang berisi foto Preeti.

Hidup bersama lagi adalah peralihan yang sulit buat setiap orang. Preeti mengenang rasa terkejut pertama saat ia tak menghadapi pengunjung, setelah bertahun-tahun dipuja sebagai dewi hidup. Ia juga mengalami kesulitan untuk memiliki teman baru.

Sekarang, sebagian besar hari-hari Preeti dihabiskan antara buku dan teman sekolah. "Saya tak memiliki banyak waktu sebab saya harus banyak belajar tapi saya gembira belakangan ini, ketika saya memikirkan saya bisa keluar rumah kapan saja saya mau," kata Preeti.

Ia mengatakan ketika ia pertama kali keluar Rumah Kumari, ia takut  pada mobil dan memiliki kesan bahwa setiap orang memandangi dia. Preeti memastikan dia masih belum mempunyai pacar. Walaupun tak ada peraturan yang menghalangi mantan dewi untuk menikah, ada takhayul bahwa suami mantan Kumari cepat meninggal.

Menjadi seorang Kumari telah memberi Preeti pengalaman kehidupan ganda: separuh jalan antara nilai tradisional dan separuh lagi adalah gelombang modernisasi yang mempengaruhi Nepal. Guru dan teman sekolahnya menggambarkan dia sebagai remaja "yang pemalu tapi sopan".

"Ia sederhana, ringan tangan, dan tak pernah bertengkar dengan orang lain; ini adalah sifat utama dia barangkali pengaruh kehidupan sebagai Kumari," kata Ram Mani Bagale, salah seorang guru Preeti.

Meskipun tampaknya Preeti bisa hidup normal di kalangan warga biasa yang fana, beberapa kelompok hak asasi manusia, dalam beberapa kesempatan, telah menyerukan penghapusan tradisi Kumari dengan alasan eksploitasi dan kerusakan kejiwaan yang dialami oleh anak perempuan yang dipilih sebagai dewi hidup.

Namun Chunda Bajracharya, seorang peneliti kebudayaan Newar, percaya tradisi itu tak mempengaruhi hak individu para Kumari. Kenyataannya itu telah menaikkan status sosial mereka di masyarakat sebagai "orang suci, orang yang berada di 'atas' orang lain".

Dalam setahun, Preeti akan menyelesaikan sekolah sehingga ia bisa memulai jalurnya hidupnya menuju kebebasan dan kemerdekaan.

Akankah ia dipandang sebagai mantan dewi hidup atau apakah ia akan berkeliling tanpa diperhatikan orang di jalan-jalan Kathmandu, persis seperti remaja lain seperti dia?

(Chaidar)

Pewarta:

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013