Sekadau ( Antara Kalbar ) - Urat nadi untuk akses masyarakat di tiga kecamatan, yaitu Belitang Hilir, Belitang dan Belitang Hulu atau biasa disebut tiga Belitang hancur layaknya adonan kue. Sementara itu empat perusahaan perkebunan kelapa sawit yang memiliki armada truk yang biasa melintasi jalan tersebut terkesan tutup mata.

Jalan rusak itu rute Balai Sepuak menuju Tapang Pulau, mulai dari jembatan Sungai Sepuak, depan kantor Polsek Sepuak, Langkau Cili, Kumpang Ilong kecamatan Belitang Hulu, Muntik, Padak yang paling hingga simpang PE di SP 2 kecamatan Belitang dan Belitang Hilir.

Kondisi jalan yang rusak parah itu  menyebabkaan angkutan truk kelapa sawit dari PT GUM menuju PT Parna Agro Mas yang melintasi areal jalan di sekitar PT KBP dan PT KSP memakan waktu 3 hari perjalanan pergi pulang.

"Seakan ini menjadi kado natal dan pergantian tahun di tiga Belitang. Perjalanan kami dari Balai Sepuak menuju Tapang Pulau memakan waktu tiga hari tiga malam pergi pulang, berangkat hari Minggu  (29/12) dari Balai Sepuak, hari Selasa ini (31/12 ) sampai di rumah lagi, padahal rute yang ditempuh tidak sampai 100 km. Kemana perusahaan yang berinvestasi di sini. Kalau KSP saya lihat  jalandari inti menuju pabriknya jarang rusak, apakah itu hal ini contoh perusahaan baik atau bagaimana bahasa yang baiknya untuk melihat kenyataan jalan kita di tiga Belitang itu," ungkap Ivan, seorang warga pengguna jalan, Selasa (31/12).

Ayah satu anak itu menjelaskan, ini hanya rute Balai Sepuak menuju Tapang Pulau, sementara itu di jalan yang parah satu truk ditarik 5 jonde dan greder baru bisa begerak, dan truk hanya bisa bawa buah sekitar 5,5 ton sampai 6 ton saja.

Selain itu rute Sungai Ayak menuju Gonis Rabu juga sudah hancur. "Tak bisa kita bayangkan bagaimana jika ada ambulan membawa pasien sakit yang harus dirujuk ke RSUD Sekadau, jangankan mobil biasa, mobil 4 WD juga akan susah untuk melintas, apakah kita balik menggunakan angkutan sunga," katanyai.

"Tidak banyak yang masyarakat inginkan, cuma kelancaran jalan tersebut. terus kemana mereka yang datang berinvestasi  di sini, katanya ingin sejahterakan masyarakat disini, sementara jalan kami terbengkalai seperti ini, apa mau salahkan cuaca lagi ataukah membela diri ketika ditanya akses jalan yang rusak ini," paparnya.

Sementara 7 anggota DPRD Dapil Tiga Belitang dikonfirmasi melalui pesan singkat, sejauh ini hanya Ketua DPRD Sekadau Aloysius dan Nehemia Renta yang angkat bicara.

Ketua DPRD Sekadau yang merasa Balai Sepuak sebagai tanah kelahirannya, dan dengan tegas ia mengatakan, kemana perusahaan yang berinvestasi di tiga Belitang. "Jangan waktu masuk dulu menyembah pada masyarakat meminta lahan, sekarang masyarakat hanya minta perbaikan jalan yang layak karena rusak akibat angkutan buah kelapa sawit milik perusahaan, perusahaan berpangku tangan," ujarnya.

"Tidak perlu kita bicara ini areal dan wilayah perusahaan mana, perbaiki yang menjadi tanggung jawab anda, diwilayah anda berinvestasi. Pemerintah anggarkan jalan untuk kelancaran bersama, jangan karena untuk mencari keuntungan perusahaan, kepentingan masyarakat banyak jadi awut-awutan. Bagaimana bila pengguna jalan yang saat ini melitas adalah keluarga anda kebetulan sakit lantas meninggal dijalan akibat terhambat perjalanan dan terlambat mendapatkan pertolongan," tegasnya.

Agek sapaan akrabnya melanjutkan, jalan itu merupakan urat nadi masyarakat tiga Belitang. Lumpur jalan yang seperti adonan kue itu apakah itu kado manis dari perusahaan atas natal dan pergantian tahun untuk masyarakat tiga Belitang, kalau tidak segeralah duduk manis semeja antar 4 perusahaan yang ada untuk mengambil langkah mencari solusi atas jalan itu.

Sementara itu anggota DPRD Sekadau, Nehemia Renta melalui pesan singkatnya mengatakan kalau jalan sudah seperti itu artinya pemerintahan masih gagal.

"Kalau sudah 10 tahun mekar, tapi akses jalan ke kecamatan belum lancar itu apa artinya bang," tutupnya.

Secara terpisah Camat Belitang, Miki mengatakan, sebuah contoh jika anda berladang di depan, sementara kerabat anda berladang di ujung ladang anda dan menggunakan jalan yang anda bangun, ada jembatan kayu lalu patah dan anda yang terus menerus memperbaiki ,apakah itu benar secara hukum ekonomi, jangan membiarkan satu perusahaan memperbaiki jalan tapi koordinasikan lah bersama perawatan jalan tersebut.

"Untuk diingat bersama, saya pernah menjumpai pekerjaan jalan sedang dikerjakan, truk angkutan sawit kita minta untuk menghormati dan menghargai pekerjaan itu dengan cara jangan lewat dulu untuk sementara, supir berdalih mereka bayar pajak kendaraan. Betul bayar pajak, apakah cukup pajak anda untuk bangun jalan, jalan itu dimilik bersama dan tolonglah kita saling menghargai orang perbaiki jalan, stop sementara angkutan anda hanya rugi buah tapi kendaraan awet kan tidak susah. Dipaksa untuk tetap membawa angkutan dalam kondisi cuaca dan jalan seperti sekarang ini, bukan cuma buah tapi truk anda juga rusak," paparnya.

Camat Belitang Hilir Paulus misi melalui pesan singkatnya mengatakan dirinya sudah menyampaikan keluhan masyarakat ini pada bina marga PT LG namun belum ada jawabannya.

Sejauh ini Antara sudah menghubungi perwakilan dari beberapa perusahaan perkebunan yang bisa dihubungi, seperti Marwoto mewakili PT LG di wilayah Belitang Hilir, Surowo mewakili PT GUM di wilayah Belitang Hulu, dan Depkris mewakili PT KBP yang berinvestasi di wilayah Belitang Hulu, sementara pihak PT KSP diwakili Retno. Namun perwakilan itu  hingga berita ini diturunkan tidak memberikan tanggapan.

Pewarta: Arkadius Gansi

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013