Jakarta (Antara Kalbar) - Penyerapan anggaran sertifikasi guru Madrasah di Kementerian Agama (Kemenag) tidak memuaskan karena hingga kini tercatat sebesar Rp3,04 triliun dana sertifikasi itu tidak terserap dan terus meningkat setiap tahunnya.

Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag Nur Syam mengakui penyerapan dana sertifikasi guru Madrasah belum optimal. Banyak kendala yang mengganggu penyerapan dana yang sudah telah dianggarkan setiap tahun.

"Dana sebesar Rp3,04 triliun itu tunggakan yang terjadi pada 2008 sampai 2013. Jadi itulah yang terjadi," ujar Dirjen Pendis Kemenag Nur Syam usai menghadiri acara Penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Kamis.

Lemahnya penyerapan anggaran tersebut lebih bersifat administrasi saja. Banyak guru yang secara administrasi tidak mampu melengkapi berkasnya. Sehingga tidak memungkinkan dikucurkannya anggaran tersebut. Tak itu saja. Nur Syam pun mengakui terdapat beberapa data guru penerima dana sertifikasi yang tidak lengkap. Akibatnya pengucuran dana tersebut harus tertunda. Karena persyaratan pengucuran dana sertifikasi harus berdasarkan nama dan alamat penerima.

"Banyak guru-guru madrasah yang lengkap dan detil data itu. Meskipun sudah diberikan penjelasan yang cukup terkait persoalan tersebut," ia menjelaskan.

Berapa dana sertifikasi yang terserap? Nur Syam menyebutkan dana sertifiaksi yang terserap pada 2013 hanya sekitar Rp401 miliar. Dana itu dibagikan pada semua guru madrasah pada masing-masing jenjang pendidikan.

Lebih lanjut dikatakannya secara umum total penyerapan dana sertifikasi 2013 itu mencapai Rp603 miliar. Itu termasuk guru pada lembaga pendidikan agama non Islam. Seperti guru pada sekolah Budha, Hindu, Kristen dan Katolik.

Secara detil dia mengakui tidak memiliki data seluruh guru penerima sertifikasi. Karena pada setiap direktorat keagamaan memiliki data tersendiri. Hanya pada guru madrasah saja yang dimiliki Direktorat Pendis.  
 
"Kan tersebar. Masing-masing Direktorat Keagamaan itu punya data. Tapi umumnya memang ada yang tidak terserap," ujar mantan Rektor UIN Sunan Ampel, Surabaya.

Pewarta: Edy Supriatna Sjafei

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014