Jakarta (Antara Kalbar) - Sikap Partai Golkar yang tidak mendesak Ratu Atut Chosiyah untuk lengser dari jabatannya sebagai Gubernur Banten pasca penahanan oleh KPK, dikhawatirkan merusak citra partai berlambang pohon beringin tersebut.
"Itu justru merusak citra Partai Golkar karena membela dinasti Atut," kata pengamat politik Universitas Indonesia, Maswadi Rauf, saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Dia berpendapat Golkar enggan mengintervensi jabatan Atut karena merasa berutang budi terhadap Atut atas kemenangan suara Golkar di Banten.
"Saya pikir itu salah, karena dari dulu perolehan suara Golkar sudah besar di Banten," katanya.
Saat ini, menurut dia, suara Golkar terpecah perihal Atut. Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie mendukung Atut, sementara Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Akbar Tandjung bersikap sebaliknya.
"Golkar pecah, ARB bela Atut, Akbar kritis tapi karena ketua umum yang menentukan, ya sikap ARB yang dilaksanakan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014
"Itu justru merusak citra Partai Golkar karena membela dinasti Atut," kata pengamat politik Universitas Indonesia, Maswadi Rauf, saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Dia berpendapat Golkar enggan mengintervensi jabatan Atut karena merasa berutang budi terhadap Atut atas kemenangan suara Golkar di Banten.
"Saya pikir itu salah, karena dari dulu perolehan suara Golkar sudah besar di Banten," katanya.
Saat ini, menurut dia, suara Golkar terpecah perihal Atut. Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie mendukung Atut, sementara Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Akbar Tandjung bersikap sebaliknya.
"Golkar pecah, ARB bela Atut, Akbar kritis tapi karena ketua umum yang menentukan, ya sikap ARB yang dilaksanakan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014