Pontianak (Antara Kalbar) - Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat M Budi Setiawan mengakui penyiapan lahan untuk perkebunan tebu terkendala ketersediaan kawasan dalam skala besar.

"Jadi, lahan yang tersisa, harus berebut dengan perkebunan kelapa sawit," kata Budi Setiawan usai pertemuan dengan pihak China di Kantor Gubernur Provinsi Kalbar di Pontianak, Kamis.

Ia melanjutkan, untuk membangun satu pabrik gula, setidaknya harus tersedia perkebunan tebu dengan luas areal 13.500 hektare.

"Sudah pernah ada beberapa perusahaan yang tertarik, bahkan sudah siap menanamkan investasinya, tetapi terkendala lahan," ungkap dia.

Ia menambahkan, selama ini yang sudah pernah mengembangkan areal tebu dalam skala cukup besar di Kabupaten Sambas.

Berdasarkan data Dinas Perkebunan Kalbar, luas areal lahan tebu yang ada baru 452 hektare, dengan produksi 417 ton.

Wagub Kalbar Christiandy Sanjaya mengatakan, sudah sepatutnya Kalbar mempunyai pabrik gula sendiri.

"Kebutuhan gula di Kalbar tinggi, mencapai 5 ribu ton per bulan," kata dia. Namun selama ini, untuk memenuhi kebutuhan itu, gula harus didatangkan dari luar Kalbar.

Kondisi tersebut semakin kompleks karena Kalbar sebagai daerah perbatasan sehingga memudahkan gula masuk melalui jalur tidak resmi.

Ia mendukung kalau China ingin menanamkan modalnya untuk sektor perkebunan di Kalbar. "Mungkin kendala-kendala yang dihadapi di Kalbar, bisa ditangani. Kebetulan yang datang dari China, dari kalangan peneliti," kata dia.

Rombongan dari China dipimpin Yau Chongpu, Direktur Pariwisata dan Ekologi Pertanian, yang difasilitasi Perhimpunan Indonesia Tionghoa di Indonesia. Mereka menjajaki potensi di sektor pangan di Kalbar.

Pewarta: Teguh Imam Wibowo

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014