Batam (Antara Kalbar) - PT Pertamina (Persero) meresmikan dimulainya pembangunan dan pengoperasian tujuh proyek dengan total nilai investasi 340 juta dolar AS atau setara sekitar Rp4 triliun.

Dirut PT Pertamina Karen Agustiawan saat peresmian yang dipusatkan di Pulau Sambu, Batam, Kepulauan Riau, Rabu mengatakan, proyek-proyek tersebut akan memperkuat kehandalan pasokan BBM dan elpiji di dalam negeri.

"Proyek ini juga merupakan upaya Pertamina menjadi pemain utama bisnis niaga migas di tingkat regional," ujarnya.

Hadir dalam acara Gubernur Kepri Muhammad Sani, Direktur Niaga dan Pemasaran Pertamina Hanung Budya dan Komisaris Utama Pertamina Sugiharto.

Hanung merinci, ketujuh proyek tersebut adalah peletakan batu pertama (groundbreaking) penambahan kapasitas terminal BBM di Pulau Sambu, Batam sebesar 150.000 kiloliter.

Saat ini, kapasitas terminal Sambu yang sudah berdiri sejak 1897 adalah 210.000 kiloliter.

Penambahan 150.000 kiloliter tersebut merupakan tahap satu yang terbagi menjadi empat tangki dengan kapasitas masing-masing 2x25.000 kiloliter dan 2x50.000 kiloliter.

Tahap kedua direncanakan bertambah 300.000 kiloliter dan terakhir 235.000 kiloliter, sehingga total kapasitas terminal Sambu menjadi 835.000 kiloliter.

Keseluruhan tiga tahap proyek terminal Sambu ditargetkan rampung 2020.

Menurut Hanung, terminal bakal dilengkapi dermaga berkapasitas sandar kapal 100.000 ton (DWT) dan fasilitas pencampuran solar dan minyak bakar.

Terminal Sambu juga akan dimanfaatkan Pertamina bekerja sama jasa penyimpanan dengan PT Pertamina Energy Services Ltd (PES), anak usaha Pertamina Energy Trading Limited (Petral).

Kerja sama tersebut mendukung PES menjadi "trader" di Asia Tenggara.

"Terminal ini juga akan memasok bahan bakar untuk kapal-kapal internasional yang melalui Selat Malaka," kata Hanung.

Nilai proyek Sambu 94,8 juta dolar dengan jangka waktu konstruksi 24 bulan.

Proyek kedua, lanjut Hanung,  adalah peletakan batu pertama penambahan kapasitas tangki timbun premium di Terminal BBM Tanjung Uban, Bintan, Kepri sebesar 200.000 kiloliter atau 4x50.000 kiloliter.

Serupa Sambu, terminal Tanjung Uban akan dilengkapi dermaga baru 100.000 DWT serta fasilitas pencampuran mogas. Fasilitas dengan nilai proyek 62,4 juta dolar juga dibangun selama 24 bulan.

Proyek Tanjung Uban tersebut akan meningkatkan stok premium nasional hingga tiga hari.

Penambahan kapasitas stok premium tersebut juga bakal mengurangi pembelian impor saat kondisi darurat.

Baik Sambu maupun Tanjung Uban dibangun PT Wijaya Karya Tbk dengan standar internasional untuk menandingi terminal BBM di Singapura "Kedua proyek terminal ini akan tuntas akhir 2016," kata Hanung.

Proyek ketiga adalah pengoperasian kapal tanker elpiji raksasa (very large gas carrier/VLGC) berkapasitas 50.000 ton.

Kapal dengan panjang 225,8 meter merupakan VLGC terbesar dan pertama di dunia yang dimiliki Pertamina.

Nilai proyek VLGC yang dibangun di galangan terbesar dunia Hyundai Heavy Industries, Korea Selatan adalah 76,2 juta dolar.

Keempat, pengoperasian terminal elpiji bertekanan di Panjang, Lampung dengan kapasitas 5.000 ton. Terminal yang dioperasikan 2011 melayani distribusi elpiji di Lampung, Sumatera Selatan dan Bengkulu.

Proyek kelima adalah pengoperasian depo pengisian pesawat udara (DPPU) di Kualanamu, Medan, Sumatera Utara.

Serta, dua proyek lainnya berupa penandatanganan prasasti DPPU Hassanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan dan Lombok, Mataram, NTB.

DPPU Lombok dan Makassar telah beroperasi 2012 dan Kualanamu pada Agustus 2013.

"Proyek DPPU itu juga sebagai antisipasi dibukanya pasar (open access) bahan bakar penerbangan domestik," ujar Hanung.

Pewarta: Kelik Dewanto

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014