Jember (Antara Kalbar) - Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Jember, Jawa Timur, akan menyeriusi pengaduan korban doktrinasi kelompok Salafi-Wahabi dengan memperkuat ajaran "Ahlussunnah wal Jamaah" (Aswaja) bagi warga Nahdliyin di kabupaten setempat.

"Memang benar, kami menerima pengaduan seorang ibu yang anaknya menjadi korban doktrinasi kelompok Salafi-Wahabi, dan hal itu akan ditindaklanjuti dengan serius," kata Sekretaris PCNU Jember Misbahussalam, Kamis.

PCNU Jember menerima pengaduan secara resmi dari seorang warga bernama Nurhidayati yang menyampaikan bahwa anaknya diduga telah didoktrin oleh kelompok Salafi-Wahabi, dan pengaduan tersebut juga ditembuskan kepada Komnas HAM dan Bakesbanglinmas Jember.

Nurhidayati datang ke kantor PCNU Jember untuk mengadukan gejala aneh yang menimpa anak remajanya dan disinyalir telah diindoktrinasi kelompok Salafi-Wahabi. Anaknya yang semula pendiam dan penurut, kini menjadi pemarah dan kerap melawan orang tuanya.

Bahkan, anaknya suka mencela dan menghina amalan orang lain, seperti tahlilan, yasinan, shalawatan, maulid nabi, dan amaliah lainnya yang biasa dilakukan warga NU sebagai perbuatan bid'ah yang terlarang dan haram dilakukan.

Menurut Misbahussalam, pihaknya akan membentengi warga nahdliyin dengan memperkuat ajaran Aswaja dan meningkatkan dakwah kepada imam masjid agar penyebaran ajaran Salafi-Wahabi dapat ditangkal, sehingga tidak meluas.

Pihaknya akan mengundang seluruh imam masjid, termasuk di kawasan Sumber Pakem Kecamatan Sumbersari yang di lingkungannya telah berdiri sebuah pesantren dari kelompok Salafi-Wahabi untuk meningkatkan dakwah tentang Aswaja.

"Para ulama dan kiai yang berada di masjid atau yayasan pendidikan harus lebih gencar membentengi umat nahdliyin, khususnya para remaja, agar mereka tidak tersesat oleh aliran yang bertentangan dengan Aswaja," kata mantan anggota DPRD Jember itu.

Ia berharap kelompok Salafi-Wahabi tidak menyebarkan ajarannya di lingkungan warga yang sudah mapan dengan aqidah Aswaja karena hal tersebut dinilai tidak menghargai toleransi beragama, bahkan dapat memicu konflik horizontal di masyarakat.

"Saya juga minta Bakesbanglinmas Jember tidak tinggal diam atas kejadian doktrinasi kelompok Salafi-Wahabi yang meresahkan warga dan melakukan pendekatan terhadap kelompok Salafi, agar mereka tidak menyebarkan alirannya yang dapat memicu konflik horizontal di masyarakat," ujarnya.

Dalam buku "Benteng Ahlussunnah Wal Jamaah" karya Nur Hidayat Muhammad disebutkan bahwa gerakan Salafi-Wahabi dan semacamnya hanya berbekal dalil sekenanya, tapi mengklaim telah memahami ajaran Rasulullah semurni-murninya, padahal dalilnya adalah palsu dan tidak rasional.

Munculnya aliran yang tidak memahami Al Quran dan Hadits beserta isinya itu justru memicu perpecahan di kalangan umat Islam, padahal Islam adalah agama yang ramah, santun, yang melarang kekerasan, menjunjung perdamaian, dan persaudaraan antarsesama.

Salafi-Wahabi adalah kelompok yang mengusung misi modernisasi agama dan perintisnya adalah Muhammad bin Abdil Wahhab di Nejd. Ia merupakan pengikut madzhab Imam Ahmad, tetapi dalam berakidah mengikuti Ibnu Taimiyah. Ajaran Salafi-Wahabi mengkafirkan sufi dan Muslim lain.

Penulis buku "Benteng Ahlussunnah Wal Jamaah" tersebut merupakan dosen Sekolah Tinggi Islam Blambangan Banyuwangi.

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014